Ini cerita tentang pejalan kaki yang menyusuri setiap sudut jalanan sampai kaki serasa pingsan (kakinya doang, coz badannya masih segar bugar. Hehehe)
Cerita berawal dari MRT Little India yang hanya berjarak 200 m dari penginapan (ini berdasarkan browsing internet yang saya baca, kalau fisiknya sendiri belum ada gambaran sama sekali). Setelah turun dari kereta saya (dan seorang teman) mencari arah keluar, karena ada beberapa alternatif jalan yang bisa digunakan tergantung tujuan kita mau kemana. Sedikit bingung karena belum terlalu familiar, kami terbantu dengan map dinding yang cukup besar yang terdapat di station tersebut. Setelah mempelajari peta dan membuka kembali contekan yang sudah dipersiapkan, maka saya mengambil arah keluar di Bras Basah Road meskipun masih ada sedikit keraguan. Tetapi show must go on, sehingga kami tetap berjalan keluar dan sampai di sebuah kompleks yang kelihatannya pertokoan (belakangan baru sadar namanya Tekka Centre – padahal sudah baca berkali-kali sebelum berangkat, tapi belum “ngeh” juga. MRT Little India terletak di kompleks ini). Kompleks tersebut berada di persimpangan beberapa jalan, sehingga kami harus mencari-cari arah yang tepat menuju hotel yang terletak di Selegie Road. Karena sudah jam 2 siang maka kami berdua memutuskan untuk makan dulu sebelum check in, lagi pula waktu check in adalah jam 3 siang. Setelah mencari berkeliling kami melihat deretan rumah makan di kompleks tersebut (mirip seperti food court di ITC) dengan banyak pilihan menu yang bisa disantap. Kalau soal makanan saya termasuk konservatif, susah menerima jenis masakan baru dan sangat tergantung pada selera. Mungkin karena terlalu lama hidup di Jawa Tengah dan makan masakan rumahan, sehingga sulit menerima tantangan baru. Maklum, perut saya termasuk sensitif, tidak cocok sedikit langsung terasa kenyang dan tidak selera makan. Ada syaratnya lagi, setiap hari harus ada nasi, karena kalau belum ketemu nasi berarti belum makan. Hahaha. Setelah melongok di beberapa kios makan, pilihan saya jatuh ke steamed chicken rice, semacam nasi yang dikukus dengan lauk daging ayam yang diiris-iris dan diberi kuah, sedangkan teman saya masih mencari-cari menu yang cocok. Sekali lagi saya bukanlah orang yang fleksibel mengenai makanan, tapi karena saat itu perut sudah lapar, apa yang ada dimakan dulu. Menu yang saya pilih juga lumayan, paling tidak ada nasinya meskipun saya tidak cocok dengan rasanya. Gurih, tapi menurut saya aneh. Herannya banyak juga yang suka dengan chicken rice (berarti selera saya saja kali ya…). Woah, kalau sudah begini saya akan sangat merindukan nasi + sayur asam + tempe goreng + ikan asin + sambal + kerupuk yang nikmat itu. Hehehee. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan menuju hotel dan sempat bertanya ke orang di jalan mengenai arah yang kami tuju. Ternyata hotel tempat kami menginap sangat dekat dari tempat kami makan dan kelihatan dari seberang jalan. Dengan hanya menyeberang 2 kali dan berjalan sekitar 10 menit kami sudah sampai di Fragrance Selegie Hotel tempat kami menginap yang sangat strategis dan berada di tengah-tengah area antara Little India dan Bugis. Kalau mau ke Orchard Road juga sangat dekat, tinggal jalan sekitar 10 menit sudah sampai. Pantas, meskipun kamarnya sangat kecil untuk berdua, tetapi harganya lumayan (mana ada sih hotel di Singapore yang murah, kalau mau lebih hemat memang bisa mencari dormitory atau backpacker hostel). Setelah istirahat sebentar, kami bersiap-siap untuk jalan ke Orchard sore ini, karena katanya kalau belum ke Orchard berarti belum sah pergi ke Singapore. Hmmm…ada-ada saja! Jam 16.30 kami sudah siap memulai perjalanan dan melangkah menuju Orchard. Keluar dari hotel kami mengambil arah kanan dan terus berjalan menyusuri pertokoan sampai ada perempatan pertama, jalan terus sampai ketemu perempatan kedua, kalau ke kiri ke Bras Basah Road, ke kanan ke Orchard. Oh ya, modal utama untuk berjalan-jalan di Singapore adalah peta yang dapat dengan mudah didapatkan di Changi atau hotel tempat kita menginap. Pokoknya harus pegang peta, karena sangat membantu . Finally, here we are, Orchard Road, yang kami tempuh dalam waktu sekitar 15 menit berjalan kaki. Mulailah kami menyusuri jalanan yang penuh pertokoan di kanan kiri. Menjelang Natal, Orchard Road berhias dan sungguh indah. Sayangnya karena masih sore maka gemerlapnya belum tampak. Tujuan kami saat ini cuma jalan dan menikmati indahnya suasana menyambut Natal (suasana di pertokoan, yang tentu sangat berbau bisnis. Hehehe). Terkadang kami masuk juga ke mall untuk sekedar melihat-lihat, lalu keluar lagi karena memang tidak berniat membeli. Kalau mau beli oleh-oleh pilihannya di Lucky Plaza yang terletak di ujung dekat MRT Orchard Station. Di situ akan banyak ditemukan cinderamata Singapore seperti jam tangan, gantungan kunci, kaos, dengan bandrol 3 for 10, 3 biji harga S$ 10. Selain di Lucky Plaza, jatah berbelanja adalah di luar Orchard yaitu Bugis Market, Chinatown, dan Mustafa Centre. Kami menghabiskan malam itu dengan menyusuri mall satu demi satu, berfoto-foto (pasti), dan berhenti sebentar untuk duduk-duduk melihat orang lalu lalang. Oh ya, yang tidak boleh ditinggalkan adalah mencicipi ice cream jalanan yang banyak terdapat di sepanjang Orchard yang disebut di buku sebagai Uncle Ice Cream. Kenapa disebut uncle, karena mayoritas penjualnya adalah bapak-bapak tua. Pilihannya adalah ice cream potong (yang ditambah dengan selembar roti tawar) atau ice cream cup dengan banyak rasa seperti durian, coklat, corn, strawberry, dan lain-lain. Rasanya enak, harganya S$1. Uncle ice cream banyak terdapat di sepanjang Orchard dan selalu laku. Herannya yang berjualan semua bapak-bapak tua, mungkin memang dikhususkan untuk memberi mereka pekerjaan. Hehehe (benar tidaknya saya tidak tahu persis). Sampai di ujung Orchard, kami turun ke bawah lewat underpasss untuk menyusuri sisi seberang yang tidak kalah serunya. Kalau dari Selegie road tadi kami belok ke kanan, deretan mall yang kami lewati adalah Plaza Singapura, OG Department Store, Centrepoint, The Heeren, Paragon, Lucky Plaza, Tangs. Melewati underpass, maka kami muncul di sisi lain dari Orchard tempat berdirinya ION Orchard, Wisma Atria, Takashimaya, Orchard Central dan beberapa shopping mall yang lain. Yakin deh, kalau anda termasuk doyan belanja dan sudah menyiapkan banyak uang pasti tidak tahan untuk tidak berbelanja di sini. Kalau saya memang sengaja ingin mencari suasananya saja, jalan-jalan, dan memuaskan keingintahuan mengenai Orchard (kalau teman saya tetap nyari-nyari barang. Hahaha). Waktu kami ke sini ada pertunjukan choir yang membawakan lagu-lagu Natal di depan ION, sayangnya ketika kami sudah siap duduk untuk menonton sekaligus mengistirahatkan kaki, pertunjukan belum juga dimulai, dan baru proses latihan. Akhirnya kami tinggalkan untuk melanjutkan perjuangan menyusuri Orchard balik ke hotel dari sisi yang belawanan. Fisik masih segar bugar, tetapi kaki sudah mulai tidak bisa diajak kompromi. Kalau saya hitung dari jam setengah 5 sore, sampai saat itu sekitar jam 9 malam, berarti sudah 4 jam saya berjalan-jalan. Waduh, pantas telapak kaki sudah mulai nyut-nyutan. Akhirnya kami memutuskan untuk balik ke hotel karena harus mengumpulkan tenaga untuk perjalanan yang lebih panjang keesokan harinya. Mungkin karena keasyikan berjalan kami sedikit nyasar. Untungnya kami segera sadar sehingga bisa segera balik ke jalan utama. Berjalan-jalan selama 4 jam ternyata membuat lapar juga, sehingga meskipun sudah jam 9 malam kami berrhenti dulu di Mc Donald dengan harapan bisa makan nasi putih. Tapi ternyata keinginan kami hanyalah impian, karena tidak ada nasi di Mc Donald Singapore! Hahaha...Karyawannya (yang kelihatannya dari Indonesia) menjelaskan dengan bahasa, “Tidak ada nasi di Mc Donald Singapore Bu, adanya kentang. Bagaimana?” Karena lapar, akhirnya kami setuju saja. Jadilah malam itu kami akhiri dengan seporsi kentang medium dan beberapa chicken wing serta segelas lemon tea dan air mineral. Hah, lumayan kenyang, dijamin tidur nyenyak. Selesai makan kami berjalan melewati beberapa pertokoan dan mampir sebentar di Fair Price minimarket. Harga barang-barang yang dijual tidak terlalu mahal, seperti judulnya “FairPrice”, dan saya menyempatkan diri membeli 1 sisir pisang yang berisi 5 biji dengan harga S$1.5, atau sekitar Rp 10.300. Lumayan, buat bekal besok jalan-jalan, karena pasti saya sangat membutuhkan kalium dan vitamin. Kami tiba di hotel sekitar jam 10 kurang, beres-beres, istirahat, tidur, dan siap untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya….
No comments:
Post a Comment