Tuesday, January 31, 2012

Are You Happy?

Seorang teman mengaku sedang tidak bahagia. Ketika saya tanya kenapa tidak bahagia, dia tidak memberikan jawaban spesifik. Untuk mempermudahnya saya mengajukan dua pertanyaan, apakah mengenai pekerjaan atau kehidupan pribadi. Meskipun sudah dibantu dengan pertanyaan, teman saya masih juga tidak bisa menjawab. Ketika saya tanya lagi kapan dia merasa bahagia, jawabannya pun masih mengambang. Apakah ketika punya banyak uang, rumah, pasangan, jabatan yang bagus, atau yang lainnya. Teman saya berpikir sejenak, lalu menggumam perlahan, mmmm.....apa ya? Kalau punya uang banyak mungkin bahagia, karena bisa beli rumah besar, liburan ke luar negeri, dan yang lainnya…..
Perbincangan tadi membuat saya tergelitik dan buru-buru memberikan pertanyaan kepada diri saya sendiri. Am I happy? Oh my goodness, ternyata saya juga kesulitan menjawabnya. Waduh, apakah itu berarti saya tidak bahagia? Kemungkinan iya, karena kalau bahagia, saya tidak perlu berpikir untuk menjawabnya. Mengapa? Karena kebahagiaan itu memancar dan meluap dari hati, sampai-sampai kita ingin membagikan kebahagiaan itu kepada semua orang.  Fakta bahwa saya kesulitan menjawab pertanyaan tersebut membuat hati saya menciut. Kalau benar saya tidak berbahagia, maka saya harus segera mencari obatnya. Atau jangan-jangan saya berada dalam posisi “pursuit of happiness” seperti judul film favorit saya.
Terdorong rasa ingin tahu apakah orang lain juga bahagia, saya mencoba broadcast ke beberapa teman secara acak untuk menanyakan “Are you happy? What makes you happy? Ternyata respon yang ada sangat cepat. Dalam beberapa detik lampu indicator blackberry saya menyala-nyala menandakan ada pesan masuk. Jawaban yang saya terima juga sangat beragam. Ada yang bilang sedang tidak bahagia karena karirnya mandek dan masih mencari pekerjaan baru. Yang lain mengatakan tidak terlalu bahagia, tetapi ketika saya bertanya lebih lanjut alasannya, ternyata tidak bisa memberikan jawaban yang jelas. Ada yang tidak bahagia karena sampai saat ini belum menemukan pasangan yang diharapkan. Meskipun demikian beberapa teman menyambut dengan antusias dan mengatakan bahwa mereka sangat berbahagia dengan beragam alasan. Berbahagia karena mendapatkan kenaikan gaji, pekerjaan yang disenangi, pasangan yang mencintai, keluarga yang menyayangi, teman-teman yang mengasihi, sehingga meskipun sendiri merasa tidak sendirian. Ada juga yang mengatakan bahwa dia merasa berbahagia tetapi kadangkala tidak berbahagia, misalnya ketika sedang sakit.
Saya menikmati semua jawaban yang masuk. Wah, semakin banyak jawaban ternyata semakin complicated. Padahal semestinya bahagia adalah sesuatu yang simpel. Menjadi kompleks ketika orang memaknai kebahagiaan dengan ukurannya sendiri-sendiri. Ketika ditanya apakah bahagia sama artinya dengan senang, saya sulit membedakannya meskipun menurut saya beda tipis. Terjemahan bahasa inggrisnya juga hanya satu kata yaitu happy. Kata “senang lebih diartikan sebagai perasaan sesaat, sedangkan bahagia lebih lama, long lasting. Itu menurut saya, mungkin ada pendapat lain dari anda. Nah, yang perbedaannya lebih jelas adalah kata suka cita, karena dalam bahasa inggrisnya diterjemahkan sebagai joy. Kalau ditanya lagi apa perbedaan bahagia dan suka cita, saya harus menelaah lebih lama untuk menjawabnya. Setahu saya, suka cita merujuk pada sesuatu yang lebih dalam dari bahagia, jadi intinya kebahagiaan yang terus menerus, tanpa tergantung dari situasi di luar kita.
Kalau dicermati, hampir semua jawaban yang masuk menghubungkan kebahagiaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi atau orang. Misalnya, bahagia karena memiliki banyak uang, pasangan yang sesuai, dan lain-lain. Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Tetapi pertanyaannya adalah seandainya semua itu diambil dari kita apakah kita akan tetap berbahagia? Seorang teman yang lulusan psikologi memberikan banyak jurnal kepada saya mengenai happiness dihubungkan dengan sebuah perasaan yang disebut sebagai “subjective well being”. Subjective well being merujuk pada kebahagiaan yang berasal dari penerimaan terhadap diri sendiri, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar.
Seringkali dikatakan bahwa kebahagiaan semestinya tidak tergantung dari luar, tetapi dari dalam atau happiness inside. Bahkan ada yang secara ekstrim mengatakan bahwa kebahagiaan adalah pilihan. Kita mau bahagia atau tidak itu tergantung pilihan kita. Orang lain tidak berhak mempengaruhi kebahagiaan tersebut. Jadi kita yang menentukan apakah mau bahagia atau tidak. Bagi saya hal itu sungguh abstrak dan tidak mudah dilakukan, antara setuju dan ragu-ragu. Sebagai manusia, maunya yang mudah-mudah saja. Contoh konkrit dari happiness inside misalnya saat seseorang sedang putus dengan pacarnya, maka dia berada dalam kondisi memilih antara tetap bahagia atau tenggelam dalam kesedihan. Kalaupun kemudian dia bersedih, bagi saya itu adalah hal yang wajar dan normal. Trus bagaimana? Ya tidak apa-apa, cuma harus memilih agar  tidak terlalu lama bersedih. Segera turn around dan kembali berbahagia.
Seorang teman yang lain memberikan cerita menarik di pagi hari. Dikisahkan ada seorang pria yang sedang minum di cafe, lalu menceritakan kisah yang sangat lucu kepada orang-orang di sekitarnya. Mendengar cerita lucu tersebut, orang-orang di dalam cafe tertawa terbahak-bahak. Setelah beristirahat sejenak, pria tadi kembali menyampaikan cerita yang sama. Kali ini tidak banyak yang tertawa menyambut ceritanya karena sudah pernah mendengar sebelumnya. Sesaat kemudian, pria tadi kembali menceritakan lelucon yang sama. Kali ini seluruh pengunjung café terdiam dan tidak ada yang tertawa. Pria tadi lalu berdiri dan berkata, kalau kita tidak bisa tertawa berulang-ulang untuk sebuah cerita lucu yang sama, kenapa kita bisa bersedih berulang-ulang untuk perkara yang sama? Saya tersenyum dan mengangguk-angguk. Bukankah cerita ini juga bisa menggambarkan mengenai kebahagiaan? Seringkali kita bersedih berkali-kali untuk hal yang sama dan kehilangan kebahagiaan yang semestinya bisa kita rasakan.
Jadi kalau sekarang ditanya are you happy, apa jawabannya? Saya rasa tidak ada jawaban  benar atau salah, karena itu semua mencerminkan apa yang kita rasakan tentang kehidupan yang kita jalani. Tetapi tentu saja semua orang ingin menjawab “ya, saya bahagia”. Bisa saja kebahagiaan itu diukur oleh hal-hal subjektif yang lebih banyak merujuk kepada materi atau orang lain, suatu ketergantungan terhadap hal-hal di luar kita. Itu juga sah-sah saja. Lalu kenapa dikatakan happiness inside?  Saya rasa kebahagiaan memiliki beberapa tingkatan, dari yang paling rendah sampai paling tinggi. Level tertinggi adalah happiness inside,  kebahagiaan dikontrol dari dalam diri kita. Wah, sungguh menyenangkan berada dalam kondisi seperti itu. Bagaimana caranya? Ketika saya berjuang keras mendapatkan jawabannya, hanya satu kata yang muncul yaitu bersyukur. Ya, kata ini memang sederhana tetapi sangat powerfull dan meaningfull. Saya tidak berada dalam kapasitas untuk bisa menjelaskan, tetapi hati nurani saya mengatakan, inilah kunci yang bisa membuat setiap orang menjawab “ya” dengan antusias ketika ditanya “are you happy”.  Ungkapan yang benar-benar berasal dari hati dan bukan lips service saja atau ketika sedang berada di acara-acara keagamaan. Bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Saya masih harus menguji hipotesis tersebut walaupun hati saya mengatakan itulah alasan yang memiliki korelasi paling dalam. Bagaimana menurut anda?

(next – what is the most important thing in your life?)

Wednesday, January 25, 2012

Fortune Teller!

Fortune teller! Istilah yang bisa diartikan sebagai peramal nasib ini mendadak populer di telinga saya menjelang Imlek kemarin. Bermula dari rasa bosan di kos yang membuat saya melangkahkan kaki mencari hiburan di mall dan menikmati suasana tahun baru Cina yang go global itu. Sambil berjalan, mata saya terpuaskan dengan hiasan mall yang beraneka ragam seperti lampion, gambar naga, bangunan ala klenteng, dan puluhan angpao di pohon-pohon yang tampak semarak dengan balutan warna merah. Beragam pertunjukan juga dipersiapkan untuk memeriahkan perayaan pergantian tahun. Untuk menarik pengunjung berbelanja, pengelola mall memberikan discount berupa angpao, hadiah langsung,  doorprize, bahkan tawaran menarik seperti kesempatan gratis “dibaca” oleh fortune teller dengan cara berbelanja sejumlah nilai tertentu. Wah, boleh juga, dalam hati saya ingin tahu apa yang dilakukan para fortune teller terhadap “klien”nya. Didorong rasa penasaran, saya beranjak ke tempat “praktek” mereka dan iseng mengintip ke jendela teralis - yang tidak ditutup oleh tirai -, tempat mereka bekerja. Saya melihat tumpukan kartu sejenis tarot di meja sang fortune teller, dan menyaksikan keseriusan klien mendengarkan penjelasan mereka.
Keingintahuan saya tentang bagaimana cara fortune teller meramal klien menjadi semakin besar, meskipun ada juga perasaan ingin tahu tentang keberuntungan saya di masa depan. Tapi rasa itu segera saya buang jauh-jauh dengan alasan hanya untuk fun. Beruntung seorang teman yang berjalan-jalan bersama saya membeli barang senilai tertentu yang memenuhi syarat untuk dapat bertemu fortune teller. Setelah selesai berbelanja, saya dan teman bergegas pergi ke tempat praktek mereka yang ditata menyerupai klenteng di mall tersebut. Karena masih antri saya mondar mandir di lorong rumah, sambil sesekali melirik ke jendela untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Sungguh mengherankan, setelah sebelumnya begitu bersemangat untuk diramal, mendadak saya cemas dan tidak bernafsu lagi. Apalagi melihat para fortune teller yang juga manusia biasa, sama seperti saya dan lainnya (sejujurnya saya membayangkan mereka seperti orang-orang gypsi yang saya lihat di film-film Hollywood. Hehehe). Lalu apa istimewanya? Bisa-bisanya saya begitu bergairah ingin mengetahui keberuntungan saya di masa depan, meskipun saya berdalih dengan mengatakan just for fun. Ah, hanya sekedar tahu, sebagai bahan tulisan, kata saya kepada teman memberi alasan. Anehnya, saya merasa tidak nyaman, bukan karena merasa bersalah, tetapi karena saya tidak ingin saja dibaca seperti itu. Kok sepertinya tidak penting banget! Karena merasa tidak berniat bulat, saya segera membatalkan keinginan saya dan melanjutkan berjalan-jalan. Meskipun demikian, rasa penasaran masih berkecamuk di dada sampai akhirnya saya membulatkan tekad untuk datang lagi beberapa saat kemudian.
Setelah sekian lama menghabiskan waktu berkeliling mall, saya kembali mendatangi tempat fortune teller beraksi, tetapi ternyata antrian semakin panjang. Wah, ternyata banyak juga yang ingin diramal keberuntungannya. Akhirnya saya mengurungkan niat dan memutuskan pulang. Ada sedikit rasa menyesal, karena saya ingin mendapatkan pengalaman dibaca oleh fortune teller, tetapi di sisi lain saya merasa lega, bukan karena tidak sesuai dengan keyakinan saya -karena memang tujuan saya just fun-, tetapi karena saya merasa tidak ada gunanya.
Saya merenungkan hal tersebut beberapa saat lamanya. Fortune teller, dan antrian. Banyak juga orang yang ingin mengetahui apa yang akan terjadi dalam kehidupan mereka, apalagi kalau bicara soal kemakmuran dan kemalangan. Tetapi apakah memang ada manusia yang bisa tahu mengenai apa yang akan terjadi di depan sana? Saya tidak tahu pasti, apakah ada orang yang diberi kuasa seperti itu oleh Sang Pencipta, tetapi bukankah Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa apa yang terjadi di masa datang adalah rahasia, dan tidak ada seorangpun yang tahu jalan hidupnya.
Fortune teller bisa mendatangkan kebahagiaan maupun kekecewaan. Kebahagiaan apabila masa depan orang yang dibaca itu diberitakan indah dan penuh kesejahteraan. Tetapi apabila yang disampaikan adalah ketidakberuntungan, orang akan sedih dan bisa jatuh ke dalam keputusasaan. Kenapa ada fortune teller? Menurut saya karena manusia ingin kepastian. Manusia ingin mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di masa depan,  bukan berada di jalan yang sepertinya gelap dan tersamar karena tidak tahu sama sekali akan kehidupan di depan sana. Kepastian menimbulkan kelegaan, tetapi ketidakpastian menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Jadi mungkin saja orang-orang ingin diramal karena mereka tidak mau berada dalam ketakutan dan kecemasan akan jalan hidup yang membentang. Jangankan setahun ke depan, kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, atau bahkan beberapa jam dari saat ini.
Ketidakpastian selalu menimbulkan kekuatiran. Tetapi bukankah kita tidak perlu cemas dan kuatir akan hidup kita? Setiap pergantian tahun, entah itu tahun baru masehi ataupun cina, selalui disertai dengan doa-doa yang dipanjatkan. Doa ucapan syukur karena sudah melewati tahun yang lama, dan doa permohonan agar berkat dicurahkan memasuki tahun baru yang di depan mata. Harapan akan kemakmuran, kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan. Harapan akan kehidupan yang semakin baik, meskipun manusia sadar mereka tidak akan tahu apa yang terjadi di depan sana. Semua adalah rahasia Ilahi. Karena itu kehadiran fortune teller, seakan seperti embun di tanah gersang, memuaskan manusia akan keinginannya mengetahui jalan hidupnya, entah benar atau tidak.
Ketika saya ingin dibaca oleh fortune teller, ada rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi di depan saya. Tetapi ketika melihat mereka juga manusia biasa, mendadak rasa itu hilang sirna. Saya jadi ragu dan membatalkan semua keinginan tersebut. Saya merasa itu semua menjadi tidak penting lagi. Saya tidak perlu tahu apa yang akan terjadi di depan, karena memang saya tidak bisa melihatnya, orang lain pun tidak. Saya cukup mengetahui bahwa saya sudah melewati puluhan tahun kehidupan dengan banyak hal menyakitkan maupun menyenangkan, sampai saya berada di posisi saat ini. Dulu ketika saya masih kecil, saya tidak bisa membayangkan seperti apa saya ketika berumur 30 tahun, tetapi ternyata sekarang saya sudah melewati usia tersebut dengan baik-baik saja. Riak-riak dalam perjalanan itu sangat biasa, jatuh bangun yang saya lewati adalah sebuah proses, yang ketika saya melihatnya kembali saat ini, saya sungguh mengucap syukur untuk semua yang terjadi.
(Saya berdiri termenung menyaksikan antrian panjang orang-orang, dan memutuskan berjalan pulang, membatalkan keinginan saya untuk dibaca sang fortune teller. Mengetahui masa depan saya tidaklah penting, karena keberadaan saya saat ini bukanlah kebetulan. Sepenggal lagu hymne terngiang di telinga saya,
Tak ku tahu kan hari esok, namun langkah ku tegap.
Bukan surya kuharapkan, karna surya kan lenyap.
Oh tiada ku gelisah, akan masa menjelang
Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang......)
Selamat menikmati hidup teman. Jalan di depan sana memang penuh ketidakpastian, tetapi ada SATU yang pasti yang bisa kau pegang. Enjoy your life then!


Sunday, January 8, 2012

selalu ada harapan baru!

Mungkin saya agak terlambat menulis catatan ini, karena semestinya saya menuliskannya di penghujung tahun 2011. Tetapi tidak apa-apa, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. 2012! Tidak terasa satu minggu sudah hampir berlalu. Setiap memasuki tahun baru selalu ada harapan yang terucap, dan beragam resolusi yang kita buat. Semuanya berujung pada satu keinginan untuk menjadi lebih baik dari tahun kemarin.  Semangat untuk berubah dan memperbaiki hal-hal yang kurang untuk bisa ditingkatkan di tahun yang akan dijalani. Tahun baru selalu disambut dengan gegap gempita, karena orang berharap bahwa tahun yang baru akan memberikan sesuatu yang berbeda.
Ketika saya merenungkan hal ini, saya merasa seperti memasuki sebuah jalan dengan ujung yang masih samar. Tidak pernah ada orang yang tahu apa yang akan terjadi esok. Jadi ketika kita berharap tahun baru akan lebih baik, sebenarnya kita sedang berharap pada diri sendiri untuk berubah, yaitu cara pandang kita terhadap hari-hari yang akan kita lalui. Apakah kita cukup banyak belajar dari waktu-waktu yang telah lewat sehingga membuat kita menjadi lebih dewasa memasuki tahun ini.
Di saat saya menoleh ke belakang, begitu banyak peristiwa di tahun 2011 yang terekam di benak saya, suka maupun duka. Pergumulan pribadi, hubungan sosial, pekerjaan, kesehatan, mengisi hari-hari yang telah lewat. Beberapa berhasil saya lalui dengan baik, tetapi ada juga yang gagal. Meskipun tahun lalu mungkin bukan tahun terbaik saya, tetapi saya menyadari banyak hal berarti yang saya dapatkan. Seringkali saya merasa begitu sulit bersyukur, dan menganggap bahwa apa yang terjadi dalam hidup saya memang sudah selayaknya saya dapatkan. Tetapi ketika saya merenungkan apa yang sudah saya alami, saya termangu-mangu dengan penyertaan Tuhan yang tidak pernah terputus, bahkan ketika saya berada dalam kondisi terbawah. Begitu banyak kesalahan telah saya lakukan tetapi selalu ada kesempatan yang diberikan.
Akhir tahun kemarin saya juga diberi waktu untuk berkumpul lagi dengan keluarga besar, kakak-kakak dan keponakan. Melewati pergantian tahun dengan kebaktian dan doa bersama, memiliki keluarga yang menyayangi dan kita sayangi, sesuatu yang terkadang saya lupakan karena merasa bahwa saya hidup hanya untuk diri saya. Waktu-waktu bersama menjadi sangat berharga dan begitu indah, mengingatkan saya untuk bersyukur atas keluarga yang saya miliki dan bahwa ada orang-orang yang ditempatkan di sekitar kita agar kita belajar tentang kasih dan kepedulian.
Terkadang hal-hal rutin yang kita lalui menjadi hal yang sangat biasa dan hampir tidak ada artinya. Bagi saya selama ini, membawa mobil adalah hal yang biasa, tetapi suatu rasa berbeda merasuki hati saya ketika saya berjalan menuju tempat parkir dan membuka pintu mobil sepulang jam kantor beberapa hari yang lalu. Ada syukur terucap, memiliki kendaraan untuk pergi kemana-mana tanpa terkena panas dan hujan. Saya terdiam cukup lama di dalam mobil sebelum menyalakan mesin dan bergerak perlahan. Di kesempatan lain, saya kembali berpikir untuk hal-hal kecil tetapi menyesakkan hati. Bermula dari Natal kantor yang mengharuskan saya memakai seragam merah untuk vokal group. Kebetulan saya tidak memiliki kaos atau baju warna merah, sehingga sehari sebelum acara saya pergi ke mall untuk membeli kaos. Segalanya begitu mudah. Begitu pula ketika saya memutuskan untuk medical check up di awal tahun. Saya tinggal menelpon rumah sakit untuk mendaftar, datang, dan check up. Tidak perlu berpikir ulang. Begitu banyak hal sederhana dalam hidup saya yang selama ini terasa biasa, tetapi menjadi sangat bermakna di awal tahun ini. Pekerjaan, kesempatan semua terbentang di depan mata. Saya yang sungguh tidak layak, tetap mendapatkan kasih karuniaNya!
Kesehatan pribadi menjadi catatan tersendiri bagi saya. Kalaupun saya terbaring sakit beberapa hari di tahun lalu, itu hanya karena saya harus beristirahat. Kalaupun saya merasa tidak lagi fit seperti beberapa tahun yang silam, saya harus menyadari dan menerima bahwa usia sudah berbeda. Tujuh tahun lalu saya mampu mengajar beberapa hari dengan tubuh yang tetap segar. Tetapi sekarang, mengajar dua hari saja badan terasa sangat capek dan membutuhkan pijat refleksi. Belum lagi sendi-sendi yang mulai terasa sakit dan membuat saya jauh lebih berhati-hati mengkonsumsi makanan. Terkadang saya stress menyadari bahwa sekarang sepertinya lebih mudah jatuh sakit, padahal saya merasa sudah menjaga kesehatan dengan baik. Jauh berbeda dengan beberapa tahun silam ketika saya sedang berada di puncak kesehatan. Ketika bercermin dan melihat beberapa keriput di bawah kelopak mata, ternyata saya sudah tidak muda lagi. Semangat boleh muda, tetapi usia terus merambat menuju angka 40, yang masih saya tunggu sampai tahun depan. Usia yang dibilang orang berada di puncak karir dan kehidupan. Usia yang matang dan tidak lagi disibukkan dengan hal-hal remeh yang menyita tenaga dan pikiran. 
2012! Saya teringat film 2012 yang mengisahkan akhir dunia yang saya tonton beberapa tahun silam. Waktu itu 2012 terasa masih panjang, tetapi sekarang tahun itu sudah membentang di depan mata, bahkan saya sudah melewatinya selama sepekan. Saya mengingat ulang semua hal yang sudah saya alami. Suka duka, naik turun, perjalanan tiada akhir yang akan diteruskan di tahun ini. Bagaikan menyusuri jalan panjang yang tiada berujung. Terkadang ada keraguan mengenai apa yang akan terjadi di depan, apakah langkah saya akan terus berlanjut, ataukah sudah cukup dan berhenti. Tetapi satu hal yang pasti bahwa saya tidak berjalan sendirian. Banyak hal yang ingin saya lakukan di tahun ini yang memberikan nilai lebih dari tahun kemarin, meskipun saya sengaja tidak membuat resolusi. Mungkin anda memiliki harapan yang sama. Tahun 2011 yang sudah saya lalui memiliki terlalu banyak alasan untuk disyukuri. Bagaimana dengan 2012? Tahun boleh berganti, peristiwa boleh berbeda, tetapi Sang Pemilik waktu tetap sama. Itulah yang menjadi alasan saya untuk bersyukur dan menyadari bahwa tahun ini memiliki begitu banyak harapan yang akan diukir, jauh melebihi apa yang bisa saya pikirkan. Selamat berjalan menyusuri waktu, karena selalu tersedia masa depan yang penuh harapan. Seperti rajawali yang mengepakkan sayap dan terbang tinggi, tidak menjadi lelah, karena ada tangan kuat yang menopang. Selamat menikmati tahun baru, enjoy the journey of life!