Wednesday, January 25, 2012

Fortune Teller!

Fortune teller! Istilah yang bisa diartikan sebagai peramal nasib ini mendadak populer di telinga saya menjelang Imlek kemarin. Bermula dari rasa bosan di kos yang membuat saya melangkahkan kaki mencari hiburan di mall dan menikmati suasana tahun baru Cina yang go global itu. Sambil berjalan, mata saya terpuaskan dengan hiasan mall yang beraneka ragam seperti lampion, gambar naga, bangunan ala klenteng, dan puluhan angpao di pohon-pohon yang tampak semarak dengan balutan warna merah. Beragam pertunjukan juga dipersiapkan untuk memeriahkan perayaan pergantian tahun. Untuk menarik pengunjung berbelanja, pengelola mall memberikan discount berupa angpao, hadiah langsung,  doorprize, bahkan tawaran menarik seperti kesempatan gratis “dibaca” oleh fortune teller dengan cara berbelanja sejumlah nilai tertentu. Wah, boleh juga, dalam hati saya ingin tahu apa yang dilakukan para fortune teller terhadap “klien”nya. Didorong rasa penasaran, saya beranjak ke tempat “praktek” mereka dan iseng mengintip ke jendela teralis - yang tidak ditutup oleh tirai -, tempat mereka bekerja. Saya melihat tumpukan kartu sejenis tarot di meja sang fortune teller, dan menyaksikan keseriusan klien mendengarkan penjelasan mereka.
Keingintahuan saya tentang bagaimana cara fortune teller meramal klien menjadi semakin besar, meskipun ada juga perasaan ingin tahu tentang keberuntungan saya di masa depan. Tapi rasa itu segera saya buang jauh-jauh dengan alasan hanya untuk fun. Beruntung seorang teman yang berjalan-jalan bersama saya membeli barang senilai tertentu yang memenuhi syarat untuk dapat bertemu fortune teller. Setelah selesai berbelanja, saya dan teman bergegas pergi ke tempat praktek mereka yang ditata menyerupai klenteng di mall tersebut. Karena masih antri saya mondar mandir di lorong rumah, sambil sesekali melirik ke jendela untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Sungguh mengherankan, setelah sebelumnya begitu bersemangat untuk diramal, mendadak saya cemas dan tidak bernafsu lagi. Apalagi melihat para fortune teller yang juga manusia biasa, sama seperti saya dan lainnya (sejujurnya saya membayangkan mereka seperti orang-orang gypsi yang saya lihat di film-film Hollywood. Hehehe). Lalu apa istimewanya? Bisa-bisanya saya begitu bergairah ingin mengetahui keberuntungan saya di masa depan, meskipun saya berdalih dengan mengatakan just for fun. Ah, hanya sekedar tahu, sebagai bahan tulisan, kata saya kepada teman memberi alasan. Anehnya, saya merasa tidak nyaman, bukan karena merasa bersalah, tetapi karena saya tidak ingin saja dibaca seperti itu. Kok sepertinya tidak penting banget! Karena merasa tidak berniat bulat, saya segera membatalkan keinginan saya dan melanjutkan berjalan-jalan. Meskipun demikian, rasa penasaran masih berkecamuk di dada sampai akhirnya saya membulatkan tekad untuk datang lagi beberapa saat kemudian.
Setelah sekian lama menghabiskan waktu berkeliling mall, saya kembali mendatangi tempat fortune teller beraksi, tetapi ternyata antrian semakin panjang. Wah, ternyata banyak juga yang ingin diramal keberuntungannya. Akhirnya saya mengurungkan niat dan memutuskan pulang. Ada sedikit rasa menyesal, karena saya ingin mendapatkan pengalaman dibaca oleh fortune teller, tetapi di sisi lain saya merasa lega, bukan karena tidak sesuai dengan keyakinan saya -karena memang tujuan saya just fun-, tetapi karena saya merasa tidak ada gunanya.
Saya merenungkan hal tersebut beberapa saat lamanya. Fortune teller, dan antrian. Banyak juga orang yang ingin mengetahui apa yang akan terjadi dalam kehidupan mereka, apalagi kalau bicara soal kemakmuran dan kemalangan. Tetapi apakah memang ada manusia yang bisa tahu mengenai apa yang akan terjadi di depan sana? Saya tidak tahu pasti, apakah ada orang yang diberi kuasa seperti itu oleh Sang Pencipta, tetapi bukankah Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa apa yang terjadi di masa datang adalah rahasia, dan tidak ada seorangpun yang tahu jalan hidupnya.
Fortune teller bisa mendatangkan kebahagiaan maupun kekecewaan. Kebahagiaan apabila masa depan orang yang dibaca itu diberitakan indah dan penuh kesejahteraan. Tetapi apabila yang disampaikan adalah ketidakberuntungan, orang akan sedih dan bisa jatuh ke dalam keputusasaan. Kenapa ada fortune teller? Menurut saya karena manusia ingin kepastian. Manusia ingin mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di masa depan,  bukan berada di jalan yang sepertinya gelap dan tersamar karena tidak tahu sama sekali akan kehidupan di depan sana. Kepastian menimbulkan kelegaan, tetapi ketidakpastian menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Jadi mungkin saja orang-orang ingin diramal karena mereka tidak mau berada dalam ketakutan dan kecemasan akan jalan hidup yang membentang. Jangankan setahun ke depan, kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, atau bahkan beberapa jam dari saat ini.
Ketidakpastian selalu menimbulkan kekuatiran. Tetapi bukankah kita tidak perlu cemas dan kuatir akan hidup kita? Setiap pergantian tahun, entah itu tahun baru masehi ataupun cina, selalui disertai dengan doa-doa yang dipanjatkan. Doa ucapan syukur karena sudah melewati tahun yang lama, dan doa permohonan agar berkat dicurahkan memasuki tahun baru yang di depan mata. Harapan akan kemakmuran, kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan. Harapan akan kehidupan yang semakin baik, meskipun manusia sadar mereka tidak akan tahu apa yang terjadi di depan sana. Semua adalah rahasia Ilahi. Karena itu kehadiran fortune teller, seakan seperti embun di tanah gersang, memuaskan manusia akan keinginannya mengetahui jalan hidupnya, entah benar atau tidak.
Ketika saya ingin dibaca oleh fortune teller, ada rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi di depan saya. Tetapi ketika melihat mereka juga manusia biasa, mendadak rasa itu hilang sirna. Saya jadi ragu dan membatalkan semua keinginan tersebut. Saya merasa itu semua menjadi tidak penting lagi. Saya tidak perlu tahu apa yang akan terjadi di depan, karena memang saya tidak bisa melihatnya, orang lain pun tidak. Saya cukup mengetahui bahwa saya sudah melewati puluhan tahun kehidupan dengan banyak hal menyakitkan maupun menyenangkan, sampai saya berada di posisi saat ini. Dulu ketika saya masih kecil, saya tidak bisa membayangkan seperti apa saya ketika berumur 30 tahun, tetapi ternyata sekarang saya sudah melewati usia tersebut dengan baik-baik saja. Riak-riak dalam perjalanan itu sangat biasa, jatuh bangun yang saya lewati adalah sebuah proses, yang ketika saya melihatnya kembali saat ini, saya sungguh mengucap syukur untuk semua yang terjadi.
(Saya berdiri termenung menyaksikan antrian panjang orang-orang, dan memutuskan berjalan pulang, membatalkan keinginan saya untuk dibaca sang fortune teller. Mengetahui masa depan saya tidaklah penting, karena keberadaan saya saat ini bukanlah kebetulan. Sepenggal lagu hymne terngiang di telinga saya,
Tak ku tahu kan hari esok, namun langkah ku tegap.
Bukan surya kuharapkan, karna surya kan lenyap.
Oh tiada ku gelisah, akan masa menjelang
Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang......)
Selamat menikmati hidup teman. Jalan di depan sana memang penuh ketidakpastian, tetapi ada SATU yang pasti yang bisa kau pegang. Enjoy your life then!


No comments:

Post a Comment