Hari-hari ini saya sungguh ingin terus menerus menyanyikan kasih setia Tuhan. Yang pertama adalah ketika saya mendapat bonus quartalan dari perusahaan yang sesungguhnya sangat tidak saya duga. Bonus tersebut biasanya diberikan sebagai insentif atas prestasi yang dicapai, dan untuk level manager akan diberikan setiap 3 bulan. Jadi kalau prestasi kita dalam 3 bulan tersebut di bawah standar yang ditargetkan perusahaan, maka jangan berharap ada insentif. (Ya iyalah, masak performance jelek dapat bonus. Mimpi kali yee…). Sebagai gambaran, selama 6 bulan terakhir saya memegang jabatan rangkap, sales manager dan product manager. Sebagai sales manager yang bertanggung jawab pada sales area, pencapaian saya belum memuaskan karena masih di bawah target. Tetapi sebagai product manager, pencapaian sales produk yang saya pegang selalu di atas 100%. Sejujurnya saya tidak berharap tugas rangkap tersebut akan diperhitungkan dalam pemberian bonus, karena saya berpikir pasti perusahaan akan menghitung salah satu. Dan kalau yang dihitung adalah prestasi sales manager maka itu berarti bye bye bonus. Ketika saya bertanya ke atasan jawaban yang saya terima juga sama, bonus akan dihitung salah satu saja. Maka dengan penuh keyakinan dan persiapan hati maksimal karena tidak akan mendapat apa-apa, saya santai saja menerima slip gaji bulan September. Bahkan ketika ada teman dari divisi lain menanyakan dapat bonus atau nggak, dengan ketawa ngakak saya bilang, “Sombong lu..mentang-mentang dapat . Gue nggak dapat, tahu dirilah..Nggak mungkin gue dihitung dua-duanya. Pasti salah satu” Teman saya menjawab, “Yoi, gantian dong, tahun lalu gue menderita, lu bahagia,” yang diiringi derai tawa kita berdua. Maklum, itu adalah omongan khas manager di tempat kami setiap quartalan. Maka alangkah terkejutnya saya ketika membuka slip gaji dan melihat ada tambahan sekian rupiah yang masuk ke rekening sebagai bonus. Wah, surprise, amazing! Mudah-mudahan HRD dan finance gak salah hitung. Hahaha, jangan sampai! Jujur, saya sangat gembira dan bersyukur. Sontak saya segera menelepon sang teman yang berbeda ruangan,”Bro...ternyata gue dapat. Puji Tuhan”.. “Wow...syukurlah....” jawabnya riang. Saya tahu pasti, itu karena Tuhan yang memberi dan mengaturnya buat saya. Puji Tuhan. Bahkan sampai saat ini-pun, saya masih terkenang-kenang dengan kejadian tersebut. Sangat menakjubkan! Dan hati sayapun menyanyikan kasih setia Tuhan.
Yang kedua berhubungan dengan pekerjaan. Sudah lama hati saya gelisah karena merasa apa yang saya kerjakan sekarang bukanlah passion saya. Saya ingin bekerja di bidang yang saya sukai, sesuai dengan panggilan hati saya yang sangat tertarik pada pengembangan orang. Kegelisahan itu mendera saya setiap hari, apalagi saat ini saya sudah bekerja selama 6 tahun di perusahaan sekarang. Waktu yang tidak sebentar. Rasanya sayang meninggalkan semua yang sudah saya capai begitu saja. Meskipun sejujurnya saya tidak puas dengan apa yang saya lakukan. Untuk mengambil langkah drastis seperti keluar sebelum memiliki pekerjaan baru rasanya saya belum siap. Tetapi saya berpikir kapan saya siap kalau tidak dimulai dari sekarang. Maka mulailah saya bertanya-tanya ke seorang teman lain perusahaan yang manajer sumber daya manusia dan menitipkan CV padanya. Tidak disangka-sangka, teman saya mengupload CV tersebut di milisnya. Maka mulailah muncul sms-sms dari penyedia kerja yang mampir di handphone saya. Sayangnya, mereka menawarkan pekerjaan yang sama, yang tentu saja sudah ingin saya akhiri. Karena sekali lagi, saya ingin mengikuti kata hati, dan sudah meneguhkan diri untuk berani mulai dari bawah. Sebuah telepon dari nomor tak dikenal masuk yang ternyata dari sebuah perusahaan terbesar di industri yang saya geluti saat ini, meminta saya datang untuk posisi yang sama. Sebenarnya saya sangat tidak tertarik, tetapi seorang teman menyarankan agar saya tetap datang, siapa tahu ada kesempatan yang tidak kita duga. Dan begitulah adanya. Meskipun ketika datang awalnya saya diprospek sebagai product manager, tetapi ketika saya mengatakan bahwa saya tertarik di human resources ternyata mereka segera menyambut dan mengatakan bahwa mereka sedang membutuhkan orang untuk berada di posisi tersebut di bagian training departemen dengan benefit yang lebih baik dari yang saya dapatkan sekarang. Maka dalam waktu sangat singkat, semua proses berjalan cepat, dan saya menemukan apa yang saya cari, keinginan hati saya. Semua ada di depan mata dan berada dalam genggaman. Sangat menakjubkan, karena serasa sudah disediakan bagi saya. Dan saya pun menyanyikan kasih setia Tuhan....
Yang ketiga berhubungan dengan suatu benda yang sudah saya cari selama berbulan-bulan, dengan membongkar seluruh isi lemari, baik lemari kos-kosan maupun lemari rumah di Solo yaitu akte kelahiran, surat baptis, dan surat sidi. Akte kelahiran yang hilang sempat merepotkan saya ketika beberapa bulan yang lalu saya mengurus paspor. Untunglah ijazah SMA bisa saya gunakan sebagai penggantinya. Terdorong rasa penasaran, saya sampai tiga kali membongkar lemari kos untuk mencari benda-benda tersebut. Ingatan saya mengatakan benda-benda tersebut sudah saya bawa ke Jakarta, dan saya juga ingat dengan pasti bahwa ketiganya ada dalam 1 map, sehingga kalau ketemu satu pasti ketemu semua. Tetapi dimana letaknya, saya benar-benar lupa. Ah, ingatan manusia sungguh terbatas! Tetapi sekeras apapun saya mencari hasilnya nol besar. Dengan pasrah saya minta tolong kakak di Solo untuk menguruskan pembuatan akte kelahiran karena ternyata bisa diwakilkan. Masih beruntung saya mempunyai foto copi-nya sehingga proses menjadi lebih mudah. Dan beginilah ceritanya, kemarin saya harus pindah ruangan karena kantor sedang ada pengaturan ulang posisi ruangan. Sebenarnya malas juga, ribet kalau harus membawa barang-barang yang sudah banyak dan menumpuk. Belum lagi mesti mengatur ulang ruangan dan membereskan banyak hal. Tetapi karena tidak punya pilihan, maka dengan gagah berani dibantu 2 orang office boy, saya angkut-angkut barang untuk pindahan dalam jumlah yang lumayan. Belum lagi mengangkut filling cabinet yang ternyata full tank sampai luar biasa berat. Maka mulailah berkas-berkas dikeluarkan dari filling cabinet dan dimasukkan ke kardus-kardus kecil untuk meringankan beban. Dan alangkah takjubnya saya, ketika mata saya melihat satu map plastik warna kuning yang menyembul di kardus tersebut. Spontan saya ambil dan abrakadabra....sebuah map berisi akte kelahiran, surat baptis, dan surat sidi yang sudah saya cari selama berbulan-bulan. Saya meloncat dan menyambar telepon untuk menghubungi kakak di Solo. “Mbak, akte kelahiranku sudah ketemu. Ternyata ada di tumpukan berkas-berkas kantor. Surat baptis dan sidi ketemu juga. Puji Tuhan. Hahaha...” Kakak saya menyahut, “Woa....haaha...bener kan, seingatku sudah dibawa ke Jakarta. Kok bisa lupa “sakplengan” ya...” Sakplengan adalah istilah Jawa yang berarti lupa sama sekali alias tidak ingat, tetapi bukan hilang ingatan. Hehehe. Saya menjawab dengan bahasa kebangsaan “Wah ora ngerti. Lali blas....jebule ono neng kene. Pantes digoleki nganti mumet yo ora ketemu...hahaha”. Kakak saya membalas, “tapi akte kelahiran duplikatnya sudah jadi. La piye?” “Ya sudahlah, gak papa. Habis mau gimana lagi” jawabku. Sungguh menakjubkan! Dan hati saya menyanyikan kasih setia Tuhan...
Tiga kejadian yang saya alami dalam jangka waktu 2 minggu ini sungguh membuat saya terkagum-kagum, betapa Tuhan tidak pernah tertidur. Tidak habis-habisnya saya memuji Dia. Memang, semua cerita saya berakhir dengan keindahan. Kita akan bisa segera menyangkal dan berkata, “Iyalah..semuanya indah, pasti memuji Tuhan. Coba kalau kejadiannya tidak menyenangkan..” Ah, saya tidak mau berandai-andai. Saat ini saya hanya merasakan bahwa Dia sungguh memperhatikan saya dan mencurahkan berkatnya. Saya merasa semua sudah disediakan bagi saya. Tugas saya mengucap syukur, bekerja keras, dan menyalurkan berkatnya ke orang lain sehingga berkat itu bisa dirasakan juga oleh orang-orang di sekitar saya. Kejadian-kejadian tersebut sungguh meneguhkan saya, bahwa tabur tuai tetap berlaku. Apa yang saya tabur selama ini, yang saya tidak berharap untuk mendapatkan balasan dari apa yang saya tabur, ternyata dikembalikan Tuhan dengan cara berbeda sesuai dengan kebutuhan saya. Mungkin bukan dalam bentuk uang yang begitu banyak, atau kenaikan jabatan, atau apapun itu, tetapi Tuhan memberikan sangat pas, sesuai yang saya butuhkan. Semuanya indah luar biasa. Tuhan sangat baik, dan hati saya ingin terus menyanyi dan menggemakan ke semua orang betapa Dia sungguh baik. Semua kejadian yang saya alami membuat saya terus menerus ingin bernyanyi, “Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya..selamanya.... Kututurkan tak jemu, kasih setiaMu Tuhan. Kututurkan tak jemu, kasih setiaMu turun temurun....”
11.10.2010
No comments:
Post a Comment