There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure
–
Paulo Coelho, The Alchemist
Mendaki tidak pernah mudah tetapi bisa, meraih
impian tidak pernah mudah tetapi bisa, kalimat itu terlintas di benak saya
setelah selesai menonton film 5 cm. Meskipun tidak memberikan dampak emosi
sebesar Laskar Pelangi atau Sang Pemimpi, tetapi ada beberapa hal menarik yang
layak untuk diingat. Yang pertama, persahabatan adalah hal berharga yang kita
miliki. Kesuksesan diraih karena ada bantuan dan dorongan dari orang-orang
sekitar kita. Impian yang digambarkan sebagai puncak Mahameru dalam film ini
bisa ditaklukkan karena mereka berjuang dengan dukungan orang lain yang saling melengkapi
dan menularkan harapan. Persahabatan juga diartikan sebagai jejaring atau networking, yang saat ini memegang
peranan sangat besar untuk kesuksesan seseorang. Saya bekerja di perusahaan yang
sekarang juga karena jejaring. Bermula dari menitipkan curiculum vitae (CV) saya ke seorang teman yang memiliki beberapa
milis tentang ke-HRD-an sampai kemudian CV saya tersangkut di perusahaan yang
sekarang. Mungkin saja CV saya sudah dilihat belasan perusahaan sampai akhirnya
menemukan pelabuhan yang cocok. Saat wawancara pun posisi yang ditawarkan tidak
seperti yang saya harapkan, tetapi ternyata itu menjadi gerbang ke penawaran
lain yang kemudian saya terima, tanpa menggunakan surat lamaran ataupun cara-cara
yang standar untuk mendapatkan pekerjaan. Saya percaya banyak orang yang juga
sangat terbantu dengan jejaring yang mereka miliki.
Yang kedua adalah persiapan. Mendaki
puncak Mahameru bukan hal mudah dan membutuhkan persiapan matang, baik
perbekalan, fisik, maupun mental. Peralatan yang dibawa juga harus memadai
sehingga membantu proses pendakian. Meraih impian membutuhkan persiapan, baik
dalam hal ketrampilan, pengetahuan, dan terutama mental yang akan membawa kita
ke sana. Tidak ada orang yang sukses tanpa persiapan. Saya teringat belasan
tahun silam ketika ikut mendaki Gunung Merbabu untuk menyembuhkan hati yang
patah. Itu adalah pendakian pertama saya. Perbekalan yang harus dibawa saya
persiapkan dengan baik bahkan saya berlatih fisik dengan melakukan jogging
secara rutin. Sampai sekarang saya masih ingat dengan jelas kata-kata teman
saya waktu itu, bahwa kalau capek sebaiknya berhenti tetapi tetap dengan posisi
berdiri dan jangan menekuk lutut atau jongkok karena akan membuat badan kita semakin
berat ketika memulai pendakian lagi. Saya juga teringat bahwa kami harus
mengatur makan dan minum sehingga cukup untuk sampai di puncak lalu turun lagi.
Meskipun ketika turun gunung dan air sudah menipis, saya tidak ragu-ragu untuk
mengisi botol mineral dengan air sungai dan meminumnya sampai tandas. Tidak
terlintas sedikit pun bahwa saya akan sakit perut karena air tidak dimasak dan
sebagainya. Hal-hal seperti itu adalah bagian dari persiapan mental, bahwa
ketika mendaki gunung segala sesuatu bisa terjadi bahkan ketika yang kita
persiapkan tidak cukup, kita harus tetap
survive. Meraih impian pun juga harus bisa survive dengan segala kondisi yang ada di tengah perjalanan yang
kita lalui.
Keberhasilan pendakian juga disebabkan
adanya seorang pemimpin atau pemandu jalan yang sudah pernah mencapai puncak,
bahkan berkali-kali, sehingga sangat
paham dengan rintangan dan liku liku perjalanan serta bagaimana mengatasinya.
Ini adalah hal ketiga yang perlu dicatat, bahwa untuk meraih impian orang
membutuhkan pemandu, pembimbing, atau mentor. Seorang mentor tahu persis apa
yang harus dilakukan karena mereka sudah mencapai puncak pendakian. Mentor akan
mengarahkan, memberi dorongan, pacuan, yang menuntun kita mengambil arah yang benar.
Meskipun demikian, keberhasilan tetap sepenuhnya ada di tangan kita, karena
seperti sebuah pendakian gunung, pemandu bisa menuntun kita, tetapi kitalah
yang mengerakkan kaki, tangan, dan hati untuk mencapai puncak. Ketika mendaki
Merbabu, saya benar-benar memperhatikan kata-kata yang keluar dari pemimpin
kelompok, apa yang boleh dan yang tidak boleh, sampai akhirnya saya mencapai
puncak. Sebuah pengalaman jiwa yang luar biasa, menaklukkan gunung setinggi
3.145 meter di atas permukaan laut dan menyaksikan matahari terbit secara
dekat. Sayang sekali, ketika saya membongkar lemari untuk mencari foto-foto
lama tersebut saya tidak menemukannya lagi. Sensasi yang ditimbulkan dari film
5 cm membuat saya kembali mengenang masa-masa belasan tahun silam. Seorang mentor
juga menularkan keyakinan, sama seperti pemandu pendakian menularkan keyakinan
kepada kelompoknya bahwa mereka akan sampai ke puncak, karena mereka pernah
sampai ke sana! Tanpa keyakinan, kita tidak akan pernah mencapai impian.
Yang keempat adalah pengorbanan. Mendaki
gunung tidak pernah mudah, tetapi ketika kita sampai ke puncak ada keindahan
yang luar biasa. Perjalanan yang terjal, sulit, menguras energi bahkan
terkadang air mata, tetapi tetaplah melangkah sampai menuju titik akhir.
Seringkali kita harus beristirahat lebih lama karena terlalu capek, tetapi itu
tidak akan menghentikan langkah kita. Istirahat adalah saat memulihkan tenaga
untuk kemudian berjalan lagi. Semakin ke atas kemiringan semakin terasa,
sehingga kita tidak bisa berdiri tegak tetapi setengah merayap untuk bisa terus
naik. Ketika berjalan di jalan biasa kita hanya menggunakan kaki, tetapi ketika
mendaki kita akan mengunakan semua daya dan alat yang kita miliki, bukan hanya
kaki tetapi juga tangan. Ini menunjukkan bahwa mewujudkan mimpi membutuhkan
totalitas dari apapun yang kita miliki. Di film 5 cm, menuju puncak ditandai
dengan adanya abu vulkanik dan batu-batu yang jatuh dari atas, sehingga pendaki
harus waspada. Meraih impian membutuhkan pengorbanan, kerja keras, dan
ketegaran hati, seperti yang disampaikan dalam film tersebut, “yang kita butuhkan untuk mencapai puncak
adalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan
berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari
biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang
seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari
biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.”
Yang kelima, berkumpul dengan
orang-orang yang memiliki goal yang sama. Saat mendaki gunung kita akan bertemu
dengan kelompok pendaki gunung yang lain dan seringkali terjadi interaksi di
situ. Di film 5 cm digambarkan bagaimana mereka meminta air kepada kelompok
pendaki yang lain dan mendapatkan informasi-informasi yang berguna menuju
puncak gunung. Secara logika, ketika kita melihat pendaki gunung lain yang juga
sedang berjuang mencapai puncak tanpa mengenal lelah, kita juga akan terpacu
menuju ke sana karena tertular semangat yang ditunjukkan. Untuk meraih mimpi
kita perlu bergabung dengan orang-orang yang memiliki impian yang sama, karena
di situlah sumber kita untuk belajar sehingga akan mempercepat proses
pencapaian tujuan yang diharapkan. Terjadi proses transfer pengetahuan,
ketrampilan, dan energi, sehingga potensi kita bisa keluar secara optimal.
Yang keenam
adalah berdoa. Mendaki gunung berarti mematahkan ego akan kebesaran diri kita.
Ketika mendaki Gunung Merbabu, saya merasakan betapa saya hanya sebuah titik di
alam ini. Pepohonan yang lebat, jalan yang terjal, gunung yang kokoh, kekuatan
alam yang dahsyat menyadarkan saya bahwa tidak mungkin saya bisa mencapai
puncak dengan kekuatan sendiri. Tanpa perkenan Tuhan, saya tidak akan sampai ke
tempat yang saya tuju. Meraih impian hanya bisa dicapai dengan pertolongan Tuhan.
Saya memiliki keyakinan, bahwa ketika impian itu ditaruh di hati saya, Tuhan
juga sudah menyiapkan tiket untuk ke sana, sisanya adalah kerja keras saya.
Setiap impian yang terukir di hati manusia adalah doa yang tiada putus kepada
Sang Pencipta.
Persahabatan-jejaring, persiapan, pemandu/mentor,
pengorbanan, berkumpul dengan orang-orang yang memiliki impian yang sama dan
berdoa, adalah hal-hal yang saya catat dari film 5 cm. Memang tidak bisa
dibandingkan dengan Laskar Pelangi atau Sang Pemimpi karena latar belakangnya
berbeda. Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi adalah potret nyata perjuangan anak
manusia, sedangkan 5 cm adalah fiksi tentang persahabatan. Meskipun demikian
banyak hal bisa dipetik dari film tersebut yang membuat saya terpacu untuk
mewujudkan mimpi yang dimiliki. Mendaki gunung memang tidak mudah, tetapi bukan
berarti tidak bisa. Apapun impian Anda saat ini, selamat menuju ke sana!
No comments:
Post a Comment