Wednesday, December 26, 2012

Dari Film 5 cm




There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure
 – Paulo Coelho, The Alchemist

Mendaki tidak pernah mudah tetapi bisa, meraih impian tidak pernah mudah tetapi bisa, kalimat itu terlintas di benak saya setelah selesai menonton film 5 cm. Meskipun tidak memberikan dampak emosi sebesar Laskar Pelangi atau Sang Pemimpi, tetapi ada beberapa hal menarik yang layak untuk diingat. Yang pertama, persahabatan adalah hal berharga yang kita miliki. Kesuksesan diraih karena ada bantuan dan dorongan dari orang-orang sekitar kita. Impian yang digambarkan sebagai puncak Mahameru dalam film ini bisa ditaklukkan karena mereka berjuang dengan dukungan orang lain yang saling melengkapi dan menularkan harapan. Persahabatan juga diartikan sebagai jejaring atau networking, yang saat ini memegang peranan sangat besar untuk kesuksesan seseorang. Saya bekerja di perusahaan yang sekarang juga karena jejaring. Bermula dari menitipkan curiculum vitae (CV) saya ke seorang teman yang memiliki beberapa milis tentang ke-HRD-an sampai kemudian CV saya tersangkut di perusahaan yang sekarang. Mungkin saja CV saya sudah dilihat belasan perusahaan sampai akhirnya menemukan pelabuhan yang cocok. Saat wawancara pun posisi yang ditawarkan tidak seperti yang saya harapkan, tetapi ternyata itu menjadi gerbang ke penawaran lain yang kemudian saya terima, tanpa menggunakan surat lamaran ataupun cara-cara yang standar untuk mendapatkan pekerjaan. Saya percaya banyak orang yang juga sangat terbantu dengan jejaring yang mereka miliki.
Yang kedua adalah persiapan. Mendaki puncak Mahameru bukan hal mudah dan membutuhkan persiapan matang, baik perbekalan, fisik, maupun mental. Peralatan yang dibawa juga harus memadai sehingga membantu proses pendakian. Meraih impian membutuhkan persiapan, baik dalam hal ketrampilan, pengetahuan, dan terutama mental yang akan membawa kita ke sana. Tidak ada orang yang sukses tanpa persiapan. Saya teringat belasan tahun silam ketika ikut mendaki Gunung Merbabu untuk menyembuhkan hati yang patah. Itu adalah pendakian pertama saya. Perbekalan yang harus dibawa saya persiapkan dengan baik bahkan saya berlatih fisik dengan melakukan jogging secara rutin. Sampai sekarang saya masih ingat dengan jelas kata-kata teman saya waktu itu, bahwa kalau capek sebaiknya berhenti tetapi tetap dengan posisi berdiri dan jangan menekuk lutut atau jongkok karena akan membuat badan kita semakin berat ketika memulai pendakian lagi. Saya juga teringat bahwa kami harus mengatur makan dan minum sehingga cukup untuk sampai di puncak lalu turun lagi. Meskipun ketika turun gunung dan air sudah menipis, saya tidak ragu-ragu untuk mengisi botol mineral dengan air sungai dan meminumnya sampai tandas. Tidak terlintas sedikit pun bahwa saya akan sakit perut karena air tidak dimasak dan sebagainya. Hal-hal seperti itu adalah bagian dari persiapan mental, bahwa ketika mendaki gunung segala sesuatu bisa terjadi bahkan ketika yang kita persiapkan tidak cukup, kita harus tetap survive. Meraih impian pun juga harus bisa survive dengan segala kondisi yang ada di tengah perjalanan yang kita lalui.
Keberhasilan pendakian juga disebabkan adanya seorang pemimpin atau pemandu jalan yang sudah pernah mencapai puncak, bahkan berkali-kali,  sehingga sangat paham dengan rintangan dan liku liku perjalanan serta bagaimana mengatasinya. Ini adalah hal ketiga yang perlu dicatat, bahwa untuk meraih impian orang membutuhkan pemandu, pembimbing, atau mentor. Seorang mentor tahu persis apa yang harus dilakukan karena mereka sudah mencapai puncak pendakian. Mentor akan mengarahkan, memberi dorongan, pacuan, yang menuntun kita mengambil arah yang benar. Meskipun demikian, keberhasilan tetap sepenuhnya ada di tangan kita, karena seperti sebuah pendakian gunung, pemandu bisa menuntun kita, tetapi kitalah yang mengerakkan kaki, tangan, dan hati untuk mencapai puncak. Ketika mendaki Merbabu, saya benar-benar memperhatikan kata-kata yang keluar dari pemimpin kelompok, apa yang boleh dan yang tidak boleh, sampai akhirnya saya mencapai puncak. Sebuah pengalaman jiwa yang luar biasa, menaklukkan gunung setinggi 3.145 meter di atas permukaan laut dan menyaksikan matahari terbit secara dekat. Sayang sekali, ketika saya membongkar lemari untuk mencari foto-foto lama tersebut saya tidak menemukannya lagi. Sensasi yang ditimbulkan dari film 5 cm membuat saya kembali mengenang masa-masa belasan tahun silam. Seorang mentor juga menularkan keyakinan, sama seperti pemandu pendakian menularkan keyakinan kepada kelompoknya bahwa mereka akan sampai ke puncak, karena mereka pernah sampai ke sana! Tanpa keyakinan, kita tidak akan pernah mencapai impian.
Yang keempat adalah pengorbanan. Mendaki gunung tidak pernah mudah, tetapi ketika kita sampai ke puncak ada keindahan yang luar biasa. Perjalanan yang terjal, sulit, menguras energi bahkan terkadang air mata, tetapi tetaplah melangkah sampai menuju titik akhir. Seringkali kita harus beristirahat lebih lama karena terlalu capek, tetapi itu tidak akan menghentikan langkah kita. Istirahat adalah saat memulihkan tenaga untuk kemudian berjalan lagi. Semakin ke atas kemiringan semakin terasa, sehingga kita tidak bisa berdiri tegak tetapi setengah merayap untuk bisa terus naik. Ketika berjalan di jalan biasa kita hanya menggunakan kaki, tetapi ketika mendaki kita akan mengunakan semua daya dan alat yang kita miliki, bukan hanya kaki tetapi juga tangan. Ini menunjukkan bahwa mewujudkan mimpi membutuhkan totalitas dari apapun yang kita miliki. Di film 5 cm, menuju puncak ditandai dengan adanya abu vulkanik dan batu-batu yang jatuh dari atas, sehingga pendaki harus waspada. Meraih impian membutuhkan pengorbanan, kerja keras, dan ketegaran hati, seperti yang disampaikan dalam film tersebut, “yang kita butuhkan untuk mencapai puncak adalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.”
Yang kelima, berkumpul dengan orang-orang yang memiliki goal yang sama. Saat mendaki gunung kita akan bertemu dengan kelompok pendaki gunung yang lain dan seringkali terjadi interaksi di situ. Di film 5 cm digambarkan bagaimana mereka meminta air kepada kelompok pendaki yang lain dan mendapatkan informasi-informasi yang berguna menuju puncak gunung. Secara logika, ketika kita melihat pendaki gunung lain yang juga sedang berjuang mencapai puncak tanpa mengenal lelah, kita juga akan terpacu menuju ke sana karena tertular semangat yang ditunjukkan. Untuk meraih mimpi kita perlu bergabung dengan orang-orang yang memiliki impian yang sama, karena di situlah sumber kita untuk belajar sehingga akan mempercepat proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Terjadi proses transfer pengetahuan, ketrampilan, dan energi, sehingga potensi kita bisa keluar secara optimal.
Yang keenam adalah berdoa. Mendaki gunung berarti mematahkan ego akan kebesaran diri kita. Ketika mendaki Gunung Merbabu, saya merasakan betapa saya hanya sebuah titik di alam ini. Pepohonan yang lebat, jalan yang terjal, gunung yang kokoh, kekuatan alam yang dahsyat menyadarkan saya bahwa tidak mungkin saya bisa mencapai puncak dengan kekuatan sendiri. Tanpa perkenan Tuhan, saya tidak akan sampai ke tempat yang saya tuju. Meraih impian hanya bisa dicapai dengan pertolongan Tuhan. Saya memiliki keyakinan, bahwa ketika impian itu ditaruh di hati saya, Tuhan juga sudah menyiapkan tiket untuk ke sana, sisanya adalah kerja keras saya. Setiap impian yang terukir di hati manusia adalah doa yang tiada putus kepada Sang Pencipta.
Persahabatan-jejaring, persiapan, pemandu/mentor, pengorbanan, berkumpul dengan orang-orang yang memiliki impian yang sama dan berdoa, adalah hal-hal yang saya catat dari film 5 cm. Memang tidak bisa dibandingkan dengan Laskar Pelangi atau Sang Pemimpi karena latar belakangnya berbeda. Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi adalah potret nyata perjuangan anak manusia, sedangkan 5 cm adalah fiksi tentang persahabatan. Meskipun demikian banyak hal bisa dipetik dari film tersebut yang membuat saya terpacu untuk mewujudkan mimpi yang dimiliki. Mendaki gunung memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Apapun impian Anda saat ini, selamat menuju ke sana!

No comments:

Post a Comment