Masih tentang Superhero. Film The Avengers yang saya tonton menyisakan banyak hal mengenai leadership dan esensi sebuah team untuk dijadikan perenungan, meskipun dari segi cerita saya merasa biasa-biasa saja. The Avengers diawali ketika Fury, direktur SHIELD -organisasi penjaga kedamaian internasional- memanggil para superhero untuk membantunya mengalahkan Loki yang membawa kabur kubus kosmik dari SHIELD. Kubus kosmik diyakini memilki kekuatan luar biasa, yang mampu membuka portal galaxi dan memanggil pasukan dari planet Asgard untuk menguasai bumi. Yang menarik dari cerita ini adalah berkumpulnya para superhero yang harus bekerjasama menaklukkan musuh dan menyelamatkan dunia. Pertanyaannya, mampukan mereka melakukannya? Jawabannya sudah pasti: mampu! Yang perlu dicermati adalah bagaimana proses penyatuan mereka menjadi sebuah team dan pencapaian tujuan bersama.
Saya percaya, seandainya hanya 1 superhero yang bertugas, tetap akan berakhir happy ending (mana ada sih superhero yang kalah. Hehehe). Tetapi justru itu daya tariknya. Secara logika, kalau 1 superhero saja sudah hebat, kumpulan beberapa jagoan tentu jauh lebih dahsyat. Ternyata tidak semudah itu. Menyatukan beberapa superhero di dalam satu team berarti siap dengan ego masing-masing. Mengapa? Karena semua merasa hebat! Terbukti di sesi-sesi awal para superhero justru saling bentrok satu sama lain dan tidak ada yang mau mengalah. Masing-masing merasa paling benar dan harus didengarkan. Kalau sudah begini, seberapapun hebatnya mereka, pasti akan menjadi rapuh. Itu terbukti bahwa mereka saling bertikai dan mencela, sampai sebuah titik balik terjadi ketika salah satu agen SHIELD meninggal dunia dibunuh musuh. Titik balik inilah yang menjadi momentum kebangkitan mereka dan dimanfaatkan dengan baik oleh Fury untuk membawa team ke dalam satu misi yang sama.
Dalam kenyataan sehari-hari di organisasi, membangun sebuah team tidaklah mudah, apalagi sebuah team yang terdiri dari orang-orang hebat. Bayangkan seperti dalam kesebelasan sepakbola, belum tentu kumpulan para bintang bisa menjadi juara. Saya berandai-andai para penyerang hebat seperti Lionel Messi, Christiano Ronaldo, David Villa, Didier Drogba, berkumpul dalam satu kesebelasan dan dimainkan bersamaan. Apakah akan terjadi hujan gol di kandang lawan? Belum tentu, seandainya mereka tidak mengenyampingkan ego masing-masing untuk mencetak gol. Siapa tahu yang muncul justru aksi individualistis untuk membuktikan siapa yang terbaik. Itulah yang dialami The Avengers. Dari pengamatan saya, sebenarnya itu bukan mutlak kesalahan mereka, karena dari awal Fury selaku direktur SHIELD tidak memberikan gambaran atau visi yang jelas mengenai proyek kubus kosmik, sehingga terjadi saling curiga dan menduga-duga. Di dalam konsep leadership, kejelasan visi menjadi sangat penting. Setiap anggota dalam sebuah organisasi yang memiliki kejelasan visi akan memiliki ikatan yang lebih kuat. Selanjutnya adalah misi atau tujuan yang akan dicapai, karena leadership adalah bagaimana menggerakkan dan mempengaruhi orang untuk mencapai suatu misi tertentu yang menjadi tujuan organisasi. Dalam leadership, pemahaman anggota atas visi organisasi dan adanya kesamaan tujuan yang akan dicapai membuat anggota organisasi termotivasi untuk mencapai sasaran yang dituju. Dalam konteks The Avengers, tanpa adanya visi, misi, dan tujuan yang sama, para superhero akan terus bertikai dan gagal menjadi sebuah team yang tangguh.
Hal lain yang patut dicatat adalah, bahwa menjadi satu team, berarti masing-masing anggota harus mau menurunkan egonya dan saling menghargai. Ini tampak pada adegan ketika mereka diserang pasukan Asgard dan dalam kondisi tertekan. Secara spontan, team meminta Captain America untuk memberikan komando dan mengatur posisi pertempuran, tanpa ada bantahan dari masing-masing anggota. Ini sebuah pelajaran, bahwa diantara kumpulan jagoan tetap harus ada seorang pemimpin. Fury, direktur SHIELD, secara dejure adalah yang mengumpulkan mereka, tetapi secara defacto dalam kondisi real lapangan, pemimpin operasional menjadi kunci yang sangat penting untuk menyelesaikan tujuan. Dalam posisi genting dan krisis, pemimpin mengambil alih komando, seperti Captaint America yang penuh karisma dalam memberikan instruksi dan seluruh anggota menaatinya. Saya menikmati setiap perintah yang keluar dari mulut Sang Captaint dan menyaksikan para superhero taat tanpa berbantah dalam menjalankannya.
Dalam ilmu kepemimpinan, kemauan anggota untuk mengikuti perintah pemimpin, tentu tidak terjadi begitu saja tanpa ada pengaruh yang kuat. Menurut konsep leadership Stephen Covey, itu semua berawal dari kepercayaan –trustworthiness – yang merupakan perpaduan dari competence dan character. Competence merujuk pada pengetahuan, ketrampilan, dan attitude yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan tugasnya. Character dibangun dari nilai-nilai yang dianut seorang pemimpin dan track record yang baik sehingga seorang pemimpin pantas diikuti. Salah satu contoh competence dan character yang membangun trustworthiness adalah kepemimpinan Mahatma Gandhi yang mengatakan bahwa “my life is its own message”, hidup saya adalah pesan itu sendiri. Para pengikut harus melihat bagaimana Gandhi hidup, makan, berbicara, duduk, dan berperilaku secara umum. Gandhi percaya bahwa kehidupan pribadinya memberikan dia kredibilitas dan karakter untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses. Subarto Zaini, dalam bukunya Leadeship in Action mengatakan bahwa Gandhi adalah contoh pemimpin yang autentik, seperti juga Ibu Teresa, Nelson Mandela, dan Marthin Luther King. Mereka menjadi pemimpin yang kuat dan memilki pengaruh yang sangat besar bukan karena kedudukannya, tetapi karena karakter pribadi, pemikirannya, dan kepeduliannya yang sangat besar terhadap kemanusiaan.
Kembali kepada The Avengers. Pelajaran tentang leadership yang saya dapatkan adalah bahwa ketidak jelasan visi akan mengganggu proses penyatuan team yang berujung pada ketiadaan misi yang sama. Apa jadinya sebuah team tanpa memiliki misi atau tujuan yang sama? Yup, setiap anggota akan berjalan sendiri-sendiri! Tulisan ini saya tutup dengan pertanyaan, “Apakah anda memiliki sebuah team saat ini? Sudahkan anda menjelaskan visi anda terhadap team tersebut dengan jelas? Apakah team anda memiliki satu tujuan bersama yang akan dicapai, seperti tujuan The Avengers mengalahkan Loki dan pasukannya? Apakah anda membangun kepercayaan team atas dasar competence dan character? Kalau belum, segeralah memperbaikinya atau anda tidak akan pernah dikenal sebagai seorang pemimpin di mata team anda.... Selamat berjuang, be a great leader....
No comments:
Post a Comment