Ini kisah menarik dari seorang teman yang baru saja saya kenal selama 3 hari pelatihan di Jakarta. Selain menikmati saat-saat menjadi murid, saya terhibur dengan teman-teman baru yang berasal dari berbagai daerah dan institusi. Berawal dari tugas kelompok untuk berlatih mendengar dan bertanya secara aktif dalam sesi komunikasi efektif, saya berpasangan dengan seorang teman yang sudah 14 tahun bekerja di terminal peti kemas Tanjung Priok. Kebetulan poin-poin pertanyaan adalah menggali mengenai profesi yang dijalani saat ini. Saya tertarik dengan lamanya dia bekerja di perusahaan tersebut yang sudah dijalani selama 14 tahun. Bagi saya yang berpindah di 3 perusahaan dalam waktu 8 tahun, angka 14 adalah waktu yang sangat lama untuk tetap tinggal di satu tempat. Saat ini teman saya menjabat sebagai koordinator kelompok customer service dan bertanggung jawab memberi verifikasi apakah sebuah muatan bisa dibongkar atau tidak. Intinya, kalau tidak ada tanda tangan dari teman saya, muatan kapal yang masuk tidak bisa dibongkar. Tentu bukan posisi yang seadanya. Tetapi saya sungguh tidak menyangka bahwa dia memulainya dari posisi sopir! Teman saya bercerita kalau dia hanya lulusan SMA dan tahun 1997 diterima menjadi sopir direksi di peti kemas tersebut. Pekerjaan sebagai sopir dia jalani selama 4 tahun. Ketika ada lowongan sebagai karyawan data entry di tahun 2001, teman saya mencoba mengajukan diri dan diterima. Dengan rendah hati dia mengatakan bahwa itu hanyalah keberuntungan. Karirnya terus naik dan setelah 10 tahun bekerja dia menjadi koordinator yang bertanggung jawab terhadap pelayanan bongkar muat di terminal peti kemas tersebut, membawahi 6 orang karyawan. Mendengar ceritanya hati saya meluap karena senang dan bangga, bersyukur mendapatkan sebuah kisah inspiratif dari seorang teman yang baru saya kenal. Saya tahu bahwa banyak sekali kisah yang lebih dramatis mengenai jalan kesuksesan seseorang, dari yang bukan apa-apa menjadi segalanya. Dari posisi paling bawah sampai menjadi seorang direktur bahkan pemilik perusahaan. Tetapi kisah sederhana dari teman saya cukup menggugah hati untuk bercermin. Ketika saya bertanya bagaimana ke depannya, dia menjawab dijalani saja, datar saja. Tidak puas dengan jawaban tersebut saya menggali lebih dalam tentang kemungkinan naik ke jenjang berikutnya. Teman saya tersenyum dan menjawab kalau pendidikannya hanyalah SMA. Mendengar jawaban tersebut, gantian saya yang tersenyum dan mengatakan bahwa melanjutkan sekolah adalah pilihan terbaik untuknya. Teman saya mengangguk dan mengatakan bahwa di sudah merencanakannya karena karir ke depan cukup terbuka.
Meskipun terkesan biasa, tetapi kisah tadi sungguh memberkati saya. Pendidikan SMA, bermula dari sopir, dan sekarang memiliki posisi yang bagus. Seakan-akan from nothing to be everything, from a driver to be a leader. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa sopir adalah nothing. Setiap pekerjaan adalah mulia asal dikerjakan dengan sepenuh hati dan dengan ucapan syukur. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa teman saya tadi memiliki semangat tinggi untuk bergerak maju dan tidak berhenti di satu titik. Saya meyakini bahwa kesuksesan dia bukanlah karena keberuntungan, karena keberuntungan saja tidak akan membawa seseorang untuk naik. Keberuntungan hanya akan didapat kalau ada kemampuan dan kesempatan. Jadi saya percaya bahwa teman saya tadi memiliki kemampuan dan ada kesempatan untuknya. Lebih dari itu dia memiliki sikap mental pemenang: ulet, bersemangat, pantang menyerah. Memiliki visi ke depan yang dia tuangkan dalam rencananya untuk melanjutkan sekolah. Meskipun kami berinteraksi hanya selama 3 hari tetapi saya berharap suatu hari nanti dapat bertemu kembali dengannya dan berbagi cerita sukses. Saya belajar darinya dan menyadari bahwa saya masih harus banyak berbenah untuk menjadi seorang pemenang.
Berbicara mengenai inspirasi, saya teringat pertanyaan seorang peserta training mengenai perbedaan motivasi dan inspirasi. Saat itu saya menjelaskan bahwa motivasi adalah tindakan memberikan dorongan kepada orang lain atau diri sendiri, bisa melalui perkataan, buku-buku bacaan, seminar, ataupun hal-hal yang mendorong seseorang untuk tetap bersemangat. Motivasi bisa berasal dari luar maupun dari dalam diri kita. Dari luar misalnya ketika kita mengikuti pelatihan motivasi, membaca buku-buku, dukungan atasan, rekan kerja, orang terkasih, dan lain sebagainya. Motivasi dari dalam misalnya ketika diri kita terpacu untuk terus berjuang mekipun tidak ada suntikan motivasi dari luar. Tentu saja motivasi dari dalam lebih tahan lama, dan justru inilah yang menjadi tujuan kita, yaitu bagaimana kita bisa memotivasi diri sendiri. Terkadang lebih mudah memotivasi orang lain daripada memotivasi diri sendiri. Bagi saya inspirasi memiliki makna yang lebih dalam, karena bukan hanya berasal dari perkataan tetapi benar-benar sebuah tindakan nyata yang dilakukan, dan tindakan tersebut mampu menyentuh hati orang lain untuk mengikutinya dan mengambil pelajaran darinya. Istilah gaulnya bukan hanya ngomong, tetapi ada tindakan nyata. Kisah sukses teman saya tadi adalah sebuah inspirasi. Ketika bercerita tidak ada teriakan-teriakan berkobar dari ucapannya, nadanya biasa saja seperti orang bertutur. Tidak ada kesombongan, hanya kerendahan hati dan ucapan syukur. Bukan bermaksud memotivasi orang lain dengan kata-kata mutiara dan diucapkan dengan semangat menyala-nyala. Cukup dengan tindakan, tetapi berdampak lebih hebat dari kata-kata indah yang sering saya rangkai untuk memberi semangat para peserta.
Kalau begitu apakah kata-kata motivasi tidak perlu? Tentu saja tidak, tetapi yang lebih penting adalah motivasi dari dalam diri sendiri. Karena itu saya heran kalau ada seorang supervisor atau sales manager yang mengeluh anak buahnya tidak termotivasi dan meminta kami untuk memotivasi. Merekalah yang seharusnya menjadi penggerak semangat dan menginspirasi anak buahnya untuk terus memiliki api motivasi dalam dirinya. Melalui apa? Tindakan nyata! Memberi teladan melalui perbuatan dan memiliki integritas, satunya kata dan perbuatan. Kata-kata saja tidak cukup kalau tidak ada tindakan nyata. Seorang pemimpin harus mampu menghidupi kata-katanya, melakukan apa yang dia katakan. Bagi saya, trainer terbaik adalah atasan langsung karena merekalah yang setiap hari berinteraksi dengan anak buahnya.
Saya percaya kalau kita mau membuka mata dan hati kita setiap hari, ada banyak kisah sederhana yang memotivasi bahkan menginspirasi kita untuk menjadi lebih baik. Tukang sapu jalanan yang melakukan pekerjaannya dengan riang, ibu-ibu penjual jamu yang menggendong dagangannya setiap hari tanpa mengeluh, tukang bakso yang selalu tersenyum ketika saya pulang kerja setiap hari. Kalau saya mulai berkeluh kesah dan merasa belum menjadi apa-apa, saya akan menegur diri saya dengan cerita teman saya tadi. Terkadang saya merasa lemah dan tidak ada jalan terbuka, padahal yang terjadi adalah saya belum berjuang sekuat tenaga. Terkadang saya merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa, padahal yang terjadi sebenarnya hanya karena saya malas belajar dan membaca. Terkadang saya merasa semua energi sudah dicurahkan, padahal yang terjadi hanya karena saya tidak cukup sabar untuk terus mencoba. Pepatah Jawa mengatakan “jer basuki mawa bea”, artinya untuk meraih kemuliaan, kesuksesan harus dengan biaya. Biaya bisa berupa waktu, usaha, kerja keras, pengorbanan, pengendalian diri, dan hal-hal yang kita curahkan untuk mencapai kesuksesan. Jalan menuju ke sana pasti terjal dan mendaki, tetapi seperti seorang pendaki yang berjuang sepanjang malam mencapai puncak gunung, pagi harinya dia akan disambut dengan indahnya pemandangan sunrise yang luar biasa. Rasa penat dan capek langsung sirna, berganti kesukaan dan puji syukur pada Pencipta. Jer basuki mawa bea, tidak ada makan siang gratis, tidak ada kesuksesan tanpa usaha. Itu hanya ada di dalam angan-angan yang segera hilang ditiup angin. Dan ketika sadar, kita sudah tertinggal jauh. Maukah kita berhenti melangkah ataukah kita menyiapkan energi untuk mendaki?
agree, God does not expect us to be more than we are, He expect us to be all that we are. Just do our best. ^_^
ReplyDelete