Wednesday, March 6, 2013

Life Begins at Forty?

Life begins at 40! Kemarin saya memasuki usia 40 dan mencoba membuktikan kebenaran pernyataan itu. Benarkah hidup dimulai di usia tersebut? Apa yang membuatnya terasa istimewa sehingga begitu diagungkan, bahkan menjadi inspirasi sebuah karya? Di tahun 1980, almarhum John Lennon menciptakan sebuah lagu yang berjudul Life Begins at 40, ketika yang bersangkutan memasuki usia tersebut. Jauh sebelumnya, Walter B. Pitkin, seorang penulis Amerika mengarang sebuah buku yang berjudul Life Begins at Forty di tahun 1932. Sebegitu dahsyat kah usia 40 sehingga menjadi fenomenal? Saya menilik diri sendiri dan bertanya-tanya adakah hal istimewa yang saya rasakan? Jawabannya: ada, tangan penyertaan Tuhanlah yang membawa saya ke usia 40. Empat puluh tahun menjalani hari demi hari bukanlah waktu yang pendek, dan ngeri rasanya kalau saya harus berjalan sendiri. Hal istimewa lainnya adalah pindah ke rumah sendiri dan melangkah keluar dari rutinitas bekerja di perusahaan untuk mewujudkan sebuah impian menjadi kenyataan. Kegalauan apakah saya bisa bertahan hidup ketika memutuskan untuk mandiri terkadang mengganggu pikiran, tetapi fakta bahwa burung pun dipelihara oleh Pencipta membuat saya yakin akan keputusan tersebut. Semua terjadi di usia saya yang ke-40. Kalau begitu benarkah life begins at forty? Tidakkah sebenarnya usia itu hanya masalah pikiran, state of mind, seperti penggalan lirik lagu John Lennon:

They say life begins at forty,
Age is just a state of mind,
If all that's true,
You know that I've been dead for thirty nine.

Kalau hidup dimulai di usia 40, apakah itu berarti selama 39 tahun
ini saya mati alias ada tapi tidak ada? Bukankah hidup itu berarti berkarya? Saya sedang bertanya-tanya tentang apa yang sudah saya lakukan selama ini untuk orang lain dalam 40 tahun kehidupan saya. Jangan-jangan saya terlalu sibuk dengan urusan saya sendiri dan egois menjalani hidup. Bukankah justru itu pertanyaan yang mendasar, bahwa kehidupan diukur dari apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain, kontribusi yang kita berikan, dan bukan apa yang kita lakukan untuk diri sendiri? Apakah selama 40 tahun saya seperti bangsa Israel yang dihukum Tuhan, berputar-putar di padang gurun karena tegar tengkuk sebelum akhirnya masuk ke Tanah Perjanjian? Saya merenungkan semua itu, mengingat yang telah lewat dan menyadari betapa perjalanan saya seperti sebuah roller coaster, naik turun, cepat lambat, memicu ketegangan tetapi juga rasa rileks yang luar biasa setelah semuanya teratasi. Menengok ke belakang dan membuka ulang buku kehidupan membuat saya menyadari betapa Tuhan sangat menyayangi saya, lebih dari siapapun orang-orang terdekat selama ini. Tidak pernah sekalipun meninggalkan dan melupakan saya, apapun hal buruk yang saya lakukan. Tidak pernah sekalipun memaksakan kehendakNya, membiarkan saya melakukan hal-hal bodoh sesuai kehendak bebas yang saya miliki, tetapi kemudian membawa saya kembali kepadaNya dengan peristiwa-peristiwa menyakitkan yang saya alami. Dalam suka dan terutama duka Dia selalu ada, seperti jejak langkah di pantai yang hanya berisi jejak langkahNya karena saya digendong di kehangatan kasihNya. Tidak ada hal yang bisa menjadi alasan saya untuk tidak bersyukur dengan apa yang sudah saya alami menuju usia 40. God is good all the time, bahkan ketika kita tidak menjadi a good man. Ucapan selamat ulang tahun dan doa yang diberikan dari keluarga dan teman menggandakan berkat yang saya terima. Saya berbahagia menyadari bahwa ada orang-orang di sekitar saya yang mengingat dan menyimpan saya di dalam hatinya.

Tertantang dengan istilah life begins at forty, saya berselancar di internet mencoba menemukan jawabannya. Salah satu tulisan yang saya baca mengatakan bahwa pada usia 40, biasanya pria dan wanita sudah mencapai kemapanan dan memenuhi impian mereka, meskipun banyak juga yang merasa belum melakukan apa-apa atau mencapai prestasi untuk dirinya ataupun keluarganya. Usia 40 juga saat dimana seseorang ingin berbuat sesuatu yang berarti dalam hidup, berbuat sesuatu yang berbeda, mencapai hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, sehingga semangat hidup yang luar biasa muncul kembali. Secara fisik usia 40 ditandai dengan mulai menurunnya fungsi organ-organ tubuh, sehingga harus lebih berhati-hati dalam menjalani pola makan dan gaya hidup. Dikatakan juga bahwa pada usia tersebut, orang mulai merasa canggung karena secara umur tidak muda lagi tetapi juga belum masuk usia tua. Di usia 40 orang juga dituntut untuk bisa menjadi panutan dan teladan bagi sekeliling mereka. Intinya dianggap sudah matang, dan mampu memberikan pencerahan bagi diri sendiri maupun orang lain. Tetapi benarkah life begins at forty? Sekali lagi bagi saya itu hanyalah state of mind yang menyentuh sisi emosional. Kalau yang dimaksud kehidupan adalah ketika kita bisa memberikan arti bagi diri sendiri dan orang lain, rasanya tidak perlu menunggu sampai usia 40. Kalau patokannya matang dalam karir, saat ini banyak anak-anak muda yang sudah berprestasi di bawah usia tersebut. Jadi sebenarnya nikmati saja berapapun usia kita saat ini, tidak perlu menunggu usia 40 untuk memulai kehidupan yang berarti. Tetapi kalau saat ini kita sudah 40 atau lewat 40 dan belum memberikan kontribusi, mulailah untuk menata diri sehingga tidak hanya sekedar "hidup" tetapi ada "kehidupan" yang berkualitas.

Saya duduk dan memaksa diri menulis apa yang saya rasakan semalam. Terasa berbeda karena usia saya tidak lagi dimulai dengan angka 3 tetapi 4, saya sudah tinggal di rumah sendiri, dan memulai langkah baru untuk mencapai impian yang terus terngiang di benak saya, trainer dan writer. Hari ini saya kembali menjalani waktu yang terus berputar. Semestinya saya tidak lagi sama, tetapi semakin berkualitas seiring dengan pertambahan usia. Kalau sampai saat ini saya masih diberi kesempatan untuk hidup, itu artinya saya harus berbenah dan menjadikan hidup saya bermanfaat. Lebih sehat, sabar, dan tidak emosional. Berlaku bijak dan bajik menjalani hidup ini. Di sisi lainnya, tidak perlu menunggu sampai usia 40 untuk memulai sebuah kehidupan yang berkualitas kalau kita bisa melakukannya saat ini juga. Selamat menjalani hidup dengan penuh syukur dan menjadikan diri kita sebagai karya nyata!

No comments:

Post a Comment