Wednesday, March 6, 2013

My Life's Journey (2003-2013)

Berhenti sebagai karyawan dan memutuskan menjadi freelance trainer adalah salah satu keputusan terbesar yang pernah saya ambil. Sepuluh tahun yang lalu, 1 Maret 2003 saya datang ke Jakarta untuk bekerja di Industri Farmasi setelah menyelesaikan tugas sebagai Dokter PTT di Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga. Saya teringat dengan jelas sebuah momen dimana saya duduk termenung di tempat praktek sore, dan bertanya-tanya saya akan menjadi apa. Masa depan terlihat gelap dan belum ada bayangan. Saya tidak mau menjadi Dokter, tetapi juga belum tahu mau kemana. Saya hanya tahu bahwa saya suka mengajar dan berbicara di depan umum, tetapi menjadi dosen pun bukan pilihan yang tepat. Bagaimana mungkin saya menjadi Dosen Fakultas Kedokteran kalau saya tidak mencintai profesi Dokter? Akhirnya saya memutuskan berangkat ke Jakarta setelah diterima sebagai Medical Trainer di sebuah Perusahaan Farmasi. Proses menuju ke sana juga terasa dramatis. Saya teringat ketika harus interview di Jakarta sementara saya tidak punya saudara, seorang teman, yang juga mendorong saya untuk berkarir di Jakarta, menawarkan untuk tinggal di rumahnya di Kelapa Gading, bahkan saya diberi mobil plus sopir yang siap mengantar saya ke tempat interview. Tidak berhenti sampai di situ, teman saya pun mengantar saya untuk mencari tempat tinggal sampai saya mendapatkan kos di daerah Cempaka Putih, dekat dengan kantor saya yang pertama. (big thanks to dr Carla Permanasari, never forget your kindness to me). Kepindahan saya dari Salatiga ke Jakarta juga terasa mengesankan, diiringi lambaian tangan teman-teman kos yang sudah seperti saudara sendiri. Dari sinilah perjalanan dimulai, my life's journey…..

Bekerja sebagai Medical Trainer di Interbat adalah pengalaman pertama saya sebagai "karyawan perusahaan" setelah sebelumnya menjadi "Dokter Puskesmas". Di perusahaan ini pula untuk pertama kalinya saya merasakan naik pesawat terbang, menginap di hotel dan kesempatan bepergian ke seluruh Indonesia sampai Papua. Mendatangi tempat-tempat baru, bertemu kenalan-kenalan baru, merasakan bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Segalanya menyenangkan, apalagi bagi saya yang baru pertama kali bekerja di Jakarta. Sebagai seorang medical trainer, saya mengajarkan basic medical knowledge dan product knowledge kepada team sales, juga presentasi ke para dokter di rumah sakit untuk memperkenalkan produk yang kami miliki. Setahun di Interbat saya mulai resah dan merasa sudah saatnya diakhiri, karena saya mulai memiliki impian untuk menjadi pembicara. Pembicara seperti apa, gambarannya juga belum jelas, entah marketing, motivasi, atau yang lainnya. Kalau saya tetap bertahan sebagai seorang medical trainer, mengajar hal-hal yang berkaitan dengan medis, maka tidak akan mungkin saya bisa menjadi seorang pembicara seperti yang saya inginkan. Apalagi saya bukanlah seorang yang scientific dan kurang tertarik dengan hal-hal medis. Aneh memang, lulusan Dokter yang tidak mau menjadi Dokter. Setelah menimbang-nimbang, saya memutuskan keluar untuk mencoba hal yang baru, marketing. Pemikiran saya waktu itu, marketing akan membawa saya ke tujuan yang ingin saya capai, Pembicara. Bukankah marketing ilmu yang universal dan laku untuk dijual?

Perusahaan kedua tempat saya bekerja, tahun 2005, adalah Tempo Scan Pacific, menjadi Product Executive dan memegang belasan produk. Enam bulan di marketing, saya ditawari atasan untuk pindah ke bagian sales sebagai Sales Supervisor. Keinginan untuk mencoba hal baru dan menambah pengalaman membuat saya menerima tawaran tersebut dan bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya saya kembali ke product karena merasa tidak cocok lagi. Keinginan menjadi Pembicara tidak pernah pudar, sehingga saya memutuskan untuk sekolah lagi mengambil magister manajemen sebagai bekal saya nanti waktu mengajar. Setelah menyelesaikan kuliah, saya kembali harus mengambil keputusan besar, tetap meneruskan di marketing atau banting stir ke pekerjaan yang lain, seperti yang saya inginkan. Dan saya memilih yang kedua.

Tahun 2011, Kalbe Farma menjadi tempat pemberhentian saya berikutnya, melakukan turn around dengan bergabung di HRD. What a kind of career! Berpindah-pindah dan tak jelas. Memulai sesuatu hal baru lagi dengan menjadi trainer di bidang soft skill, baik untuk kepentingan internal (mengembangkan karyawan) maupun eksternal (mengajar di outlet rekanan bisnis perusahaan). Bertemu dengan banyak outlet, merasakan kegairahan mengajar dan kegembiraan berbagi, membuat saya kembali berpikir ulang, apakah tetap menetap di sebuah perusahaan menjadi pilihan yang tepat, ketika saya merasa banyak hal tidak sejalan dengan tujuan pribadi saya. Dua bulan menimbang-nimbang, mengingat kembali 10 tahun yang lalu ketika saya duduk sendirian di tempat praktek, keinginan menjadi seorang pembicara yang waktu itu belum jelas bentuknya, tetapi sekarang semakin jelas. Kecemasan, was-was, takut, merupakan bagian dari pergumulan yang saya alami. Berdiskusi dengan rekan-rekan yang sudah lebih dulu mengambil jalur itu juga saya lakukan untuk bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat. Ketika gambaran itu semakin mengkristal saya merasa saatnya untuk bertindak. Pilihannya adalah sekarang atau tidak sama sekali, karena waktunya tidak lama lagi. Saya memilih sekarang, karena saya tidak ingin suatu hari nanti saya ingat bahwa saya "pernah" punya mimpi. Saya tidak ingin suatu hari nanti saya menangisi mimpi itu. Lebih baik saya menangis hari ini karena jatuh bangun daripada menangisinya di kemudian hari.

1 Maret 2013, mengawali hari menjadi orang bebas yang memperjuangkan mimpinya untuk menjadi kenyataan. Mempersiapkan diri untuk memahami bahwa tantangan dan kesulitan akan menjadi makanan sehari-hari. Tetapi bukankah secara alami kesulitan itu sudah mengiringi kita bahkan sejak kita dilahirkan? Bayangkan seorang Ibu yang harus mengejan sekuat tenaga untuk melahirkan bayi nya, penuh dengan kesakitan dan kesulitan. Tetapi hasil akhirnya adalah keberhasilan dan kebahagiaan. Sejak bayi sampai balita kita mengalami kesulitan, mulai dari belajar tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, dan betapa hebatnya kita yang selalu bisa mengatasinya. Jadi ketika saya memutuskan menjadi freelance trainer dan keluar dari perusahaan, yang berarti harus bersiap tidak menerima uang bulanan, di saat itulah saya memutar kembali seluruh perjalanan hidup saya dan mengamini bahwa kesulitan selalu ada, tetapi saya mampu mengatasi dan melewatinya. Ini pun akan menjadi cerita seperti itu. Saatnya melangkah dengan penuh keyakinan, bahwa selalu ada jalan ketika ada kemauan dan bahwa kita harus terus bergerak maju. Mendiang Marthin Luther King Jr mengatakan:

If you can't fly, then run
If you can't run, then walk
If you can't walk, then crawl
but whatever you do,
you have to keep moving forward

Selamat menjalani hari-hari yang luar biasa, Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment