Bercerita pengalaman semasa co ass ternyata tidak ada habisnya, bagaikan memutar ulang kaset dan menikmati alunan musiknya. Kaset? Jadul banget sih? Hahaha… Tidak apa-apa lah, sekali-kali kembali ke masa lalu, ketika kaset adalah asset berharga bagi para pecinta musik. Saking fenomenalnya, kaset dan pensil menjadi 2 properti yang saling melengkapi. Lucu juga mengingat masa-masa ketika memanfaatkan pensil untuk dimasukkan ke lubang kaset dan memutarnya, merapikan pita yang terurai keluar. Wah, primitif banget! Mungkin kalau ditanyakan ke anak-anak muda masa kini apa fungsi penting pensil, mereka tidak akan berpikir ke arah situ. Maklum, sekarang zaman iphone, yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pensil. Ini juga menegaskan bahwa benda mati pun akan berlalu, this too will pass….(kecuali mobil saya yang saya biarkan orisinal, bisanya memutar kaset dan bukan CD)
Komentar adik kelas kedokteran di tulisan sebelumnya ternyata menerbitkan ide baru di kepala saya, bahwa episode kehidupan kita selalu menarik untuk ditulis. Entah itu kisah lucu, menghibur, menyentuh, atau menguatkan. Pernyataan yang indah adalah ketika dia mengingat kejadian “menyakitkan” bersama dokter konsulennya “bukan cuma dimarahi di depan pasien, ditendang kakinya di depan pasien pun pernah. Kalau diingat-ingat, dulu berurai air mata, tetapi sekarang menjadi lucu dan menyenangkan..” . Bayangkan kalimat ini “dulu berurai air mata, tetapi sekarang menjadi lucu dan menyenangkan”. (Syenny, pinjam kalimatmu yah. Thanks J). Luar biasa, ternyata setiap bagian hidup kita merupakan tahapan pelajaran yang indah, meskipun seringkali kita baru menyadari setelah melewati episode itu. Seperti seorang pekerja yang berpeluh menabur benih, menyiangi, bermandi keringat dan air mata, tetapi kemudian bersorak sorai ketika panen tiba.
Terinspirasi untuk mendapatkan cerita yang lebih banyak, saya mencoba menghubungi beberapa teman kuliah dan menggali kenangan mereka tentang masa-masa co ass yang sudah lama ditinggalkan. Mungkin bagus juga kalau kisah-kisah itu dikumpulkan dan dibukukan, menjadi kenangan menarik yang bisa dibagikan ke orang lain. Sayangnya karena sudah belasan tahun, proses recalling memori menjadi lambat. Salah satu kejadian yang tidak saya lupakan adalah ketika stase di bagian bedah, salah satu bagian besar yang menurut saya ”rada aneh”, karena co ass cewek diharuskan menggunakan rok, bukan celana panjang. Wah, saya tidak bisa membayangkan ribetnya. Alhasil saya bermain kucing-kucingan karena tetap nekat menggunakan “kulot”. (nama jadul dari model bawahan yang menyerupai rok, padahal sebenarnya celana. Panjangnya sedikit di bawah lutut). Pernah saya bersembunyi karena kepergok tidak memakai rok. Wah, seru banget! Itu sudah terjadi lima belasan tahun yang lalu tetapi tergambar begitu jelas di benak saya saat ini.
Bukti lain “keunikan” bagian bedah saat itu adalah ketika kami menghadap kepala bagian, seorang dokter yang sangat senior dengan cara yang tidak biasa. Selesai menghadap dan keluar ruangan, kami tidak boleh membalikkan badan, tetapi harus berjalan mundur dengan tangan “ngapurancang” (istilah Jawa untuk menggambarkan jari-jari tangan dalam posisi berdoa dan diletakkan di depan perut bagian bawah). Peristiwa ini masih saya ingat dan membuat saya tertawa geli. Bayangkan, teman-teman di luar ruangan dengan berbisik-bisik memberikan komando agar kami dapat berjalan mundur tanpa menabrak apapun di belakang. Hahaha… kalau dipikir-pikir, aneh juga kejadian-kejadian tersebut. Lucu dan menghibur. Apalagi setelah keluar dari ruangan beliau, kami terbirit-birit menjauh karena sudah tidak tahan menahan ketawa, sementara di depan beliau kami semua adalah anak-anak manis yang sangat sopan dengan muka sedikit menunduk.
Begitu banyak kenangan semasa co-ass yang menyenangkan dan menegangkan tetapi semua sudah berlalu. Ketika mengingatnya, saya seperti membawa pikiran saya kembali ke zaman dulu melewati lorong waktu, masa-masa yang penuh dengan semangat membara meskipun bentakan dan ujian datang silih berganti. Tanpa merasa lelah kami bahu membahu menyelesaikan kuliah dan mendapatkan gelar dokter. Semangat itulah yang sekarang sedang saya bangkitkan . Usia boleh merambat, waktu boleh berlalu, kejadian-kejadian boleh lewat, tetapi spiritnya tidak boleh pudar. Kenangan semasa co-ass mengajarkan banyak hal,. Bukan mengenai tampilan fisik, tetapi mengenai spirit seorang pejuang. Jiwa co-ass yang antusias untuk belajar, tahan banting, pantang menyerah, dan jatuh bangun mengejar impian. Ada air mata dengan makna yang berbeda. Yang pertama adalah air mata kedukaan, kekecewaan ketika gagal, yang kedua adalah air mata kebahagiaan. Sampai akhirnya ketika kami sudah sampai ke titik akhir perjalanan episode, kami baru memahami maknanya dan tersenyum ceria. Dan sekarang, saya berada di titik lain perjalanan hidup dengan kisah yang sangat berbeda. Apapun yang sedang terjadi saat ini, pahit ataupun manis, jiwa co ass saya berbisik, bahwa this too will pass….ini pun akan berlalu…..
No comments:
Post a Comment