Bebas, lepas. Itu yang saya amati dari tingkah polah anak-anak di acara Kalbe Junior Science Fair 2012. Tanpa kenal lelah mereka mengikuti satu pertunjukan demi pertunjukan yang digelar di panggung utama, bahkan seringkali ikut terlibat dalam permainan. Ketika musik diputar dan penari beraksi di panggung, ada sebagian anak yang mengikuti gerakannya atau bergerak dengan cara mereka sendiri tanpa rasa canggung. Ekspresif! Dunia yang lugas, jujur, tak bertopeng, belum terkontaminasi perasaan galau yang sering menghinggapi remaja-remaja masa kini atau bahkan mereka yang mengaku sudah dewasa seperti saya. Intinya, mereka terlihat sangat menikmati hidup, tidak ada beban ataupun ketakutan untuk gagal. Dunianya adalah bermain, meskipun tidak semua anak seberuntung mereka. Ada anak-anak kecil seusianya yang terpaksa merasakan kerasnya perjuangan hidup di jalanan, atau membantu orang tuanya mencari nafkah karena tidak ada pilihan lain.
Hal menarik yang saya pelajari dari perilaku anak-anak itu adalah kebebasan dan keberanian menyatakan diri tanpa rasa takut. Mereka berteriak dengan penuh semangat dan berlomba-lomba maju ke depan ketika diminta oleh pemandu acara. Sangat kontras dibandingkan para peserta training yang biasanya malu-malu kalau saya minta maju ke depan, entah untuk berdoa atau melakukan suatu kegiatan tertentu. Mungkin karena enggan, takut salah, atau sungkan dianggap sebagai orang sok yang bersedia maju ke depan tanpa diminta. Sepertinya orang-orang dewasa memiliki terlalu banyak pertimbangan, sampai urusan sederhana pun mereka tidak berani mengambil resiko. Dunia orang dewasa yang terkadang penuh dengan keterbatasan, banyak rambu-rambu atau bahkan terpenjara dari dalam diri sendiri karena takut gagal atau dicemooh. Inilah yang tidak saya temukan di dalam diri anak-anak itu dengan kebebasan jiwa yang mereka miliki. Saya membayangkan seandainya kelas training seperti itu, alangkah serunya. Tidak perlu banyak coklat atau gimmick untuk merangsang peserta berpendapat, karena tanpa disuruh pun mereka sudah berebutan mengajukan diri.
Dunia anak-anak adalah bermain. Seringkali kita mendengar lelucon “masa kecil kurang bahagia” untuk orang-orang dewasa yang bermain-main dengan heboh. Lucu juga bahwa sebagian diri kita sebenarnya menginginkan kegembiraan dan kebahagiaan masa kanak-kanak. Makanya tidak heran ketika di kelas training kita memberikan beberapa games untuk ice breaking, peserta begitu antusias mengikuti. Bahkan seringkali mereka berteriak-teriak dengan penuh semangat dan tertawa lepas. Model training yang dikemas dengan santai, relax, membuat peserta lebih nyaman dan menikmati proses pembelajaran dengan baik.
Keberanian menggebu-gebu yang dimiliki seorang anak ternyata mempunyai sisi lain yang kontradiktif yaitu susah diatur. Contoh yang sederhana adalah mengenai antrian. Ketika saya antri di toilet, dan tinggal berdiri persis di depan pintu toilet, tiga orang anak kecil tiba-tiba menyelonong berdiri di depan saya. Saya mendengar Ibunya sibuk berteriak dan mengingatkan untuk antri, tetapi mereka tetap cuek. Saya diam saja melihat mereka, tetapi sebenarnya merasa sedikit terganggu dengan keributan yang ditimbulkan. Di dalam hati saya memang tidak berniat mengalah, yang pertama untuk mendidik mereka, yang kedua karena sudah tidak tahan untuk buang air kecil. Begitu orang yang berada di dalam toilet keluar, saya menegur anak-anak itu dengan halus untuk minggir dan tampak mereka melongo. Masih terbayang wajah-wajah polos yang tertegun melihat saya ketika mereka bergeser ke belakang. Rasanya geli dan ingin tertawa melihatnya, tetapi biarlah itu menjadi pembelajaran bagi mereka.
Meskipun memiliki dua sisi yang bertolak belakang, dunia anak-anak tetap menarik sebagai bahan pembelajaran. Saya sangat senang menyaksikan mereka berebut maju ke depan tanpa takut salah. Seringkali sebagai orang-orang yang sudah “dewasa”, saya justru dibelenggu oleh ketakutan akan kegagalan yang muncul dari pagar-pagar pembatas yang saya buat. Tidak percaya diri, minder, takut mengambil resiko, seringkali justru menghambat langkah saya karena terlalu banyak pertimbangan dan perasaan negatif yang berkembang di dalam perjalanan hidup. Saya kehilangan jiwa anak-anak yang bebas, lepas apa adanya. Dunia yang dimiliki bukanlah dunia yang relax dan menyenangkan tetapi dunia yang penuh dengan tuntutan dan ketidakpuasan. Bukankah persepsi dan cara kita menjalani hidup akan menentukan sejauh mana kita menikmatinya? Kalau kita memiliki kebebasan jiwa seperti anak-anak itu, tentu kita akan lebih bergairah dan berjalan dengan penuh keberanian, karena melangkah tanpa beban.
Mengamati anak-anak bermain memberikan kesegaran di dalam hati saya, bahwa sebenarnya saya pun pernah seperti mereka. Saya mengingat masa-masa kecil saat bermain dengan gembira seperti memanjat pohon, congklak, gobak sodor, ataupun layang-layang. Masa yang sudah sangat lama, 30 tahun yang lalu. Jadi kalau saat ini saya melihat anak-anak itu bermain riuh rendah, sebenarnya itulah potret saya puluhan tahun silam. Bebas, lepas tanpa beban, dengan penuh keberanian. Spirit yang kemudian memudar karena terkontaminasi dari berbagai pengalaman negatif yang dialami. Tidak ada salahnya belajar lagi dari anak-anak itu. Saya tidak tahu bagaimana pengalaman anda ketika masih anak-anak, tetapi mungkin tidak jauh berbeda. Jiwa yang merdeka, berani, dan terus mencoba hal-hal baru tanpa kenal lelah dengan hati gembira dan semangat yang menggebu-gebu. Masa yang indah untuk dikenang dan terkadang rindu kembali ke sana. Selamat mengingat kembali masa kanak-kanak anda, mungkin ada hal berharga yang bisa Anda dapatkan, seperti apa yang saya rasakan. Selamat menikmati dunia yang sedang Anda jalani saat ini, dan cobalah melihatnya dari kaca mata seorang anak. Saya sedang berusaha melakukannya, bagaimana dengan Anda?