Marketer vs Trainer. Judul ini mungkin mengusik anda untuk meneliti lebih jauh perbedaannya. Sebenarnya saya hanya ingin bercerita mengenai dua dunia berbeda yang sedang saya nikmati akhir-akhir ini. Selama enam tahun saya berada di posisi sales dan marketing yang mengharuskan saya untuk “waspada” setiap saat apalagi di akhir bulan. Maklum, yang namanya target adalah untuk dicapai, bukan untuk dilihatin saja, hehehe. Seperti biasa target diberikan untuk satu tahun budget yang kemudian dipecah per bulan untuk memudahkan perhitungan. Konon menurut motivator, target harus dianggap sebagai tantangan dan bukan beban agar kaki tidak berat melangkah. Ketika saya di posisi sales dan marketing, maka yang dilihat setiap pagi adalah pergerakan sales, baik produk maupun sales cabang. Tugas selanjutnya adalah menelepon cabang, meminta estimasi sales, berdiskusi dan menanyakan support apa yang bisa diberikan dari kantor pusat. Selain itu saya akan mencecar cabang dengan pertanyaan produk fokus yang belum terjual, alasannya kenapa, dan siapa calon konsumen potensial yang akan diprospek untuk produk tersebut. Selanjutnya saya akan minta daftar outlet dan konsumen yang diestimasikan memberikan hasil pencapaian target. Perjalanan berikutnya adalah evaluasi stock produk baik di cabang maupun pabrik, monitoring pengajuan diskon, sponsorship, dan segala macam hal dinamis yang membuat adrenalin naik turun. Bukan hanya di belakang meja, tetapi juga di luar kantor, sekaligus menghilangkan kepenatan dan rutinitas yang ada. Mendekati akhir bulan situasi semakin menekan dan saya harus memutar otak strategi apa lagi yang akan dikerjakan untuk menambah penjualan. Ya, itu adalah masa-masa 6 tahun kemarin.....
Dunia sales dan marketing memiliki pergerakan unik yang membuat kita semakin kreatif mencari solusi meskipun kegagalan sering menghadang. Sangat menantang tetapi juga menekan, sehingga wajar kalau insentif menanti mereka yang sukses mencapai target. Enam tahun di sales dan marketing membuat saya memahami pekerjaan dan tuntutan dunia tersebut meskipun juga menawarkan kegembiraan dan keleluasaan yang tidak akan dialami oleh orang-orang yang berada di belakang meja. Pergerakan yang lebih fleksibel, cenderung praktis, tidak mau terlalu rumit, easy going, fokus pada pencapaian target adalah ciri khas orang-orang sales dan marketing. Jangan heran kalau orang sales akan memanfaatkan dana seoptimal mungkin agar sales tercapai. Sebenarnya itu sah-sah saja, asal masih on the track dan hasilnya jelas terlihat. Tetapi yang sering terjadi adalah adannya gesekan antara sales dan finance. Atas nama target,orang sales akan berjuang sekuat tenaga agar dana yang ada dapat dipakai sebagai senjata meraih konsumen, entah bagaimana caranya. Di sisi lain finance berkewajiban menjaga budget agar tidak melebihi takaran dan kebobolan. Akibatnya sales marketing dan finance sering diibaratkan seperti anjing dan kucing karena seolah-olah susah sekali mencari titik temu. Padahal sebenarnya keduanya bisa berjalan beriringan, karena sales dan marketer yang baik adalah orang-orang yang selalu melihat rambu-rambu budget dan berpikiran profit oriented, bukan hanya sales oriented. Terkadang harus diakui bahwa meskipun masih berada dalam rambu-rambu, orang sales akan berjalan terus dengan cara-cara yang “cenderung kreatif” menurut pandangan finance. Tetapi bukankah gesekan itu hanya membutuhkan komunikasi dari kedua pihak dan masing-masing mengerti bisnis prosesnya? Gesekan yang ada justru harus dianggap sebagai sebuah dinamika dan bukan hambatan sehingga keduanya akan merasakan kepuasan dalam pekerjaannya. Bukankah demikian? Ah, itu adalah pengalaman enam tahun kemarin yang penuh warna, meskipun ada luka dan kecewa, tetapi juga kegembiraan dan kegairahan!
Saat ini saya kembali ke dunia training yang sempat saya cicipi sebentar sebelum berpindah ke sales dan marketing. Dunia training menawarkan sesuatu yang berbeda, yang menuntut saya untuk selalu berpikir kreatif, baik dalam konsep maupun penyajian sehingga terkadang berjalan lambat karena waktu dihabiskan untuk duduk tenang dan membaca buku, mendengarkan musik, menonton film, dan segala hal yang diperlukan untuk memperkaya wawasan. Oh ya, satu hal yang tidak boleh dilupakan, berjalan-jalan dan wisata adalah menu wajib karena dari situlah pikiran saya jadi lebih segar dan mendapatkan “pencerahan”. Menjadi trainer membawa saya kembali ke belakang meja, memutar otak menyusun modul, berpikir, menyusun materi, benar-benar seperti anak kuliahan. Tidak ada lagi dunia dinamis yang penuh dengan adrenalin karena target terlihat di depan mata. Yang ada adalah perlombaan dengan diri sendiri untuk merampungkan modul pengajaran secepat mungkin agar bisa segera disajikan. Dunia sunyi senyap, karena kita tenggelam dalam fantasi dan imajinasi untuk membuat sebuah presentasi yang indah, menarik, dan bermanfaat. Ketika modul selesai dan siap dipresentasikan, barulah dimulai dunia panggung yang menggairahkan dan sang trainer bersiap-siap menyajikannya, seperti seorang koki yang bersiap menghidangkan makanan lezat untuk disantap. Ketika pelatihan usai, gong dibunyikan, dan dimulailah lagi dunia sunyi senyap itu, merangkai dan mempersiapkan modul pelatihan yang baru.
Marketer vs Trainer, dua peran yang saling melengkapi, dan saya menikmati keduanya. Dunia yang pertama adalah dunia gemerlap, penuh dengan lonjakan dan tantangan. Dunia kedua lebih diam, mengajak saya mengendapkan informasi-informasi yang masuk dan merenung membuat konsep. Meskipun begitu kedua dunia tersebut menawarkan keasyikannya sendiri-sendiri. Mana yang lebih baik? Tidak ada, karena tergantung hasrat dan minat yang ada. Meskipun harus diakui bahwa pemimpin-pemimpin perusahaan banyak lahir dari dunia marketing, yang seakan-akan memberikan stempel bahwa marketing adalah divisi paling penting karena menghasilkan uang. Sedangkan training? Ah, itu hanyalah supporting marketing dan menghabiskan banyak biaya, sehingga training adalah kegiatan yang paling sering dipangkas kalau perusahaan ingin menghemat pengeluaran. Padahal sebenarnya pelatihan sumber daya manusia adalah hal paling krusial dalam perusahaan karena manusia adalah faktor terpenting untuk mencapai keberhasilan. Hanya dengan pengembangan orang dan pengelolaan yang tepat, akan tercipta manusia-manusia tangguh. Saya sudah pernah menikmati keduanya dan saya sungguh percaya bahwa keduanya saling melengkapi. Pemimpin sales dan marketing yang bijaksana akan sangat memahami pentingnya training bagi team mereka, karena sebenarnya merekalah trainer-trainer bagi anak buahnya. Sedangkan bagi trainer, mencicipi dunia sales dan marketing adalah pengalaman yang memperkaya dan memberikan atmosfer berbeda yang membuatnya memiliki empati dan sudut pandang tersendiri pada orang-orang sales. Trainer juga seorang marketer, karena mereka harus bisa menjajakan bahan pengajarannya agar laku dijual. Trainer yang baik adalah marketer yang baik dan sebaliknya. Marketer vs Trainer, dunia berbeda yang sama-sama menarik dan saling membutuhkan satu sama lain yang membuat saya tidak beranjak untuk terus menikmatinya!
Super sekali Dr.Rum, cerita dokter diatas meninspirasi saya untuk beribuat lebih dan berpikir positif,,,
ReplyDeleteRegards,
Salam Sukses
KINASIH 110