Life is like a chapter of a story book. Sebuah kontradiksi. Terkadang bab yang berisi kebahagiaan ingin kita baca berulang-ulang, sedangkan bab kesedihan ingin sekali kita hilangkan. Atau seringkali kita justru berhenti di bab tersebut dan tidak ingin melangkah lagi karena merasa cerita tidak menarik dan sudah berakhir. Bab kesuksesan dan ketenaran ingin kita perpanjang, bab kerja keras dan perjuangan ingin kita tinggalkan. Sayangnya kalau itu kita lakukan, kita tidak akan mendapatkan dinamika dan alur cerita yang lengkap.
Seperti sebuah bab dalam buku cerita, demikian saya memaknai hidup yang saya jalani. Semua bab yang sudah ditulis oleh Pengarangnya harus saya baca untuk menuju akhir cerita. Ada bab yang meningggalkan kesan indah, tetapi ada bab yang membuat saya susah payah. Seringkali berharap bab yang tidak menyenangkan itu tidak ada, tetapi saya tidak bisa menghilangkannya karena membuat jalinan cerita menjadi lebih berwarna. Bab yang berisi kebahagiaan hanya bisa saya syukuri ketika saya sudah menjalani bab kesedihan. Tanpa merasakan luka dan duka, saya tidak akan bisa merasakan bahagia. Bab kesuksesan baru saya rasakan ketika saya melewati kerja keras dan perjuangan. Keseluruhan bab telah diciptakan sedemikian rupa, sehingga ketika saya selesai membaca buku itu saya akan mendapatkan kisah yang luar biasa dan memunculkan kekaguman kepada Sang Pengarang.
Seorang teman membagikan quote yang menarik, Life is like a song, no need to rewind nor fast forward, just click “play” and enjoy its every beat and lyric (bu sherly, thanks yah). Seperti halnya sebuah lagu yang cukup dinikmati iramanya. Setiap ketukan akan membawa kita pada keindahannya, tidak perlu mengulang atau mempercepat. Seperti membeli sebuah album dan memutar lagu-lagu di dalamnya. Persoalannya, ketika saya menyukai sebuah lagu, saya akan terus menerus mendengarnya dan tidak peduli pada lagu selanjutnya. Sebaliknya kalau saya tidak menyukai salah satu lagu, saya segera meloncatinya. Bukankah itu sah-sah saja? Ya, tetapi saya tidak akan bisa memahami album tersebut secara keseluruhan. Parahnya kalau album yang saya beli berupa kaset, maka pitanya akan ruwet karena terlalu sering di-rewind atau di fast-forward. Tentu saya tidak mau pita hidup saya menjadi ruwet, begitu juga dengan anda. Jadi yang bisa saya lakukan adalah mendengarkan semuanya. Ada lagu-lagu yang mungkin tidak saya suka, tetapi ada lagu yang sangat saya gemari. Just clik play, dan nikmati setiap irama serta lirik yang mengalun.
Bab dalam sebuah buku cerita, lagu dalam sebuah album, mengajar saya untuk memahami keseluruhan cerita yang sudah ditulis atau direkam. Ada bagian-bagian dimana kita merasakan kebahagiaan, kesuksesan, tetapi ada bagian dimana kita menemui kepahitan dan kesedihan. Apapun itu, semua bagian yang sudah dirangkaikan dan diciptakan harus dilewati. Just enjoy the road of your life, demikian sebuah tulisan yang sempat saya baca. Ya, apapun itu, nikmati saja. Karena bab atau lagu tersebut hanyalah secuil dari buku atau album yang sudah ditulis untuk kita.
Seperti sebuah bab, kebahagiaan dan kesedihan akan memperkaya jalinan kisah yang tertulis. Anthony De Mello dalam bukunya The Way to Love menyatakan bahwa “kebahagiaan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bisakah anda menggambarkan terang pada orang-orang yang telah duduk dalam kegelapan seumur hidup mereka? Pahami kegelapan, dan kegelapan itu akan lenyap.” Saya berusaha keras mencernanya meskipun tidak mudah, karena sangat filosofis, dan seakan tidak menjejak bumi untuk orang-orang seperti saya.
Life is like a chapter in a story book. Satu bab saja. Masih ada bab-bab lain yang akan dirangkai. Mengapa harus berhenti di satu bab dan enggan melangkah di bab lainnya hanya karena bab yang saat ini kita jalani bukanlah bab yang menyenangkan? Kenapa tidak berusaha melanjutkannya karena kita yakin bahwa bab-bab lainnya masih ada yang berujung pada kebahagiaan? Saya mengagumi Adele, penyanyi Inggris yang memenangkan 6 penghargaan piala Grammy 2012 dan album ”21” miliknya, yang menceritakan kisah kehancuran hatinya karena ditinggalkan pria yang dicintai, menjadi album terlaris abad ini dengan mencapai 13 juta keping di seluruh dunia. Dari patah hati menjadi Grammy. Adele menuangkan bab kepahitan dan penderitaan di dalam hidupnya menjadi sebuah karya yang hebat. Mengubah masalah dan penderitaan menjadi sumber tenaga baru untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik, itu menurut Jansen Sinamo dalam bukunya ’Mengubah Pasir menjadi Mutiara”. Perjuangan seekor kerang yang merasakan kesakitan pada tubuh lunaknya karena ada pasir yang masuk ke dalam cangkang. Untuk mengurangi rasa sakit, kerang tersebut mengeluarkan lendir yang kemudian membungkus pasir dan bertahun-tahun kemudian merubahnya menjadi mutiara cantik yang sangat mahal.
Hanya sebuah bab dalam buku cerita, demikian bagian hidup yang harus saya jalani. Senang atau susah, sukses atau gagal. Yang perlu saya lakukan hanyalah membaca bab tersebut sampai akhir cerita, bukan berhenti dan tidak mau melangkah lagi. Mengikuti alur dan irama yang ada dengan keyakinan bahwa itu semua ada ujungnya. Selamat menikmati setiap bab dalam buku cerita anda!
No comments:
Post a Comment