Friday, February 24, 2012

Miss My Homeland!

 
            Miss my homeland! Ini sudah kesekian kalinya saya menulis status tersebut di bbm, dan beberapa orang teman segera meresponnya,   “Kangen Solo yah?”  “Kapan pulang?”  “Ambil cuti saja, kuliner di sana.. ” . Saya tersenyum membacanya. Solo, the spirit of Java, itu slogan yang tercetak di kaos-kaos maupun souvenir yang dijual di Pasar Klewer, kampung batik, maupun PGS (Pusat Grosir Solo), dan saya termasuk orang yang sangat menyukainya. Tidak heran saya memiliki beberapa kaos yang “berbau” slogan tersebut, benar-benar mencerminkan jiwa sebagai pecinta tanah kelahiran.
Miss my homeland! Sebenarnya lebih daripada saya merindukan kota kelahiran dengan segala pernak-perniknya seperti keramahan penduduk, budaya, kuliner, batik, dan semua yang ada di sana. Saya bukanlah orang yang sangat narsis, mengagungkan kota kelahiran, meskipun ada kebanggaan menjadi “wong Solo”. Ketika saya menulis status itu, yang ada di benak saya adalah kehangatan sebuah keluarga dan ikatan emosional dengan orang-orang yang pernah ada dalam sejarah kehidupan saya. Teman-teman kampung semasa kecil, teman gereja, sekolah, sampai kuliah. Saya ingat dengan jelas ketika malam hari dan bulan purnama, saya berkumpul dengan tetangga hanya untuk bermain-main atau bernyanyi bersama. Atau ketika libur tiba saya disibukkan dengan beragam permainan seru seperti petak umpet, memanjat pohon, bermain monopoli, kelereng, bahkan sampai layang-layang. Ketika beranjak remaja, kami hanya kongkow-kongkow, bersenandung, dan bermain gitar. Hal yang sangat menyenangkan adalah ketika tujuh belasan tiba, kami sibuk berlatih tari, drama, ataupun vocal grup untuk memeriahkan panggung perayaan kemerdekaan. Semua menyenangkan. Lain lagi dengan teman-teman gereja, dimana saya juga aktif di dalamnya. Retreat, kegiatan remaja, pemuda, bible camp, menjadi makanan saya dan meninggalkan jejak manis di hati yang tidak pernah hilang. Sampai sekarang kalau saya pulang Solo dan pergi  ke gereja, saya begitu bahagia bertemu dengan teman-teman lama. Yang terkadang mengejutkan, murid-murid sekolah minggu yang dulu masih kecil, sekarang sudah menikah bahkan memiliki anak balita. Hfff….luar biasa, waktu berjalan begitu cepat. Saya merasa mereka begitu cepat dewasa, atau memang saya yang sudah menjadi tua? Hehehe…
Kenangan masa sekolah, dari SD sampai SMU juga menyimpan beragam cerita. Saya masih ingat rasanya berpanas-panas naik sepeda semasa SMU dan memakai penutup kepala ala topi Jepang yang saat itu begitu terkenal. Atau ketika saya menjadi petugas pembaca undang-undang bahkan pemimpin upacara. Tidak ketinggalan kenangan masa remaja seperti melompat keluar dari jendela ketika ada jam kosong karena pintu kelas terkunci. Banyak hal mengesankan sekaligus menggelikan, dan semua itu mengisi sebagian dari kehidupan saya.
Miss my homeland! Bukan hanya merindukan kotanya, tetapi lebih dari itu saya merindukan ikatan emosional yang ada di sana. Sayangnya setiap kali saya pulang, saya sudah jarang bertemu dengan teman-teman lama karena sudah disibukkan dengan keluarga masing-masing. Meskipun demikian, satu hal yang selalu membuat saya ingin kembali adalah kerinduan pada keluarga, kakak dan keponakan, serta kenangan akan mendiang orang tua. Asesoris kota seperti kuliner, budaya, batik, hanyalah tempelan yang membawa saya ke sana.
Ketika saya menulis status tersebut, saya menyadari bahwa setiap perjalanan kehidupan memiliki beberapa bagian dimana saya harus berperan. Keluarga, kampung, gereja, sekolah, kampus. Tempat-tempat tersebut adalah ladang yang menyemai saya menjadi seperti sekarang. Diibaratkan benih, saya ditabur, dibajak, disirami, disiangi, dan dipupuk di tempat-tempat tersebut yang membuat saya memiliki ikatan dimana saya ingin kembali pulang. Bukan untuk menikmati segala yang ada di kota tersebut, tetapi lebih kepada keinginan untuk merasakan kehangatan yang pernah saya rasakan dulu. Kalaupun keluarga sudah terpencar, orang tua sudah tidak ada, tetapi kembali pulang seakan membawa saya ke suasana dimana saya begitu nyaman dan aman, meneguhkan hati bahwa saya memiliki orang-orang yang mencintai dan saya cintai, membuat saya berpikir ulang tentang makna sebuah keluarga dan betapa kita berbahagia masih memilikinya.
Hari ini seorang teman kantor membagikan cerita mengenai arti sebuah keluarga. Family, dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai F(Father) and M(Mother), I, L (Love), Y(You).  Bayangkan seandainya kita tiada, maka perusahaan tempat kita bekerja akan begitu mudah mencari penggantinya dalam hitungan hari atau minggu. Tetapi ketika kita tiada, maka keluarga yang kita tinggalkan tidak akan bisa lagi mencari gantinya. Kita akan tinggal dan diam dalam hati mereka, mengisi hari-hari yang akan dilalui sampai kapanpun. Yah, betapa keluarga menjadi sebuah harta yang tidak ternilai harganya ( Ita, thanks buat sharingnya!)
Maka kalau hari ini saya kembali menulis status itu, sebenarnya saya sedang merindukan sebuah tempat yang nyaman dalam pelukan orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Orang-orang yang menerima saya apa adanya, bangga dengan saya, dan menjadikan saya sebagai orang yang istimewa, apapun diri saya. Kehangatan yang membuat saya ingin selalu pulang ke rumah dan menyirami kebun hati saya dengan luapan cinta yang tidak pernah padam.
Miss my homeland, bukan sekedar merindukan kota Solo dengan segala yang ada di sana, tetapi lebih kepada kerinduan jiwa untuk bertemu dengan orang-orang yang ada di hati  saya, yang membuat saya terus menyimpan harapan. Kerinduan akan orang tua yang sudah meninggalkan saya, tetapi spiritnya masih saya simpan sampai sekarang.
Sore ini sebelum pulang kantor saya termenung dan melihat kalender 2012 hari demi hari. Baru 2 bulan berjalan, kalender tersebut sudah penuh dengan coretan kegiatan yang harus saya jalani untuk mencapai target kerja di tahun ini. Begitupun bulan ketiga dan selanjutnya. Pekerjaan, kehidupan pribadi, telah menyita waktu saya untuk sejenak menoleh dan membuka bagian kehidupan saya yang lain, my homeland. Seringkali pulang ke sana mampu menyegarkan hati saya dari kepenatan yang saya rasakan. Bagi saya, my homeland berarti balik kampung, tempat dimana saya merasa nyaman dan memiliki sebuah keluarga. Bisa jadi hal ini berbeda untuk anda karena setiap orang memiliki homeland mereka masing-masing, tempat dimana kita diterima apa adanya.
Saya menghitung hari, membolak balik penanggalan, dan memutuskan bahwa miss my homeland  berarti mengambil cuti dan bersiap mencari tiket penerbangan. Memang hanya kunjungan sesaat, tetapi mencerahkan saya kembali akan arti sebuah ikatan keluarga. Yes, back to Solo is my homeland….bagaimana dengan Anda?
        

No comments:

Post a Comment