Saturday, February 25, 2012

Do with your heart!

Seorang teman memasang foto Bunda Teresa di profil picture bb dengan tulisan “In this life we cannot do GREAT things. We can only do small thing with GREAT love.”  Mulailah saya terlibat pembicaraan mengapa dia memasang propic tersebut. Mulai dari kekagumannya, mengidolakan, pidato beliau yang luar biasa saat menerima hadiah nobel, sampai proses pengakuan sebagai “Santa” atau orang suci dalam agama Katholik. Selama ini proses seorang manusia diakui sebagai Santa atau Santo melalui waktu yang panjang, bisa sampai ratusan tahun, tetapi Bunda Teresa begitu cepat. “Yup, karena beliau memberikan karya nyata. Dampak dari apa yang beliau lakukan sangat besar dan mempengaruhi dunia, bukan hanya India.”, saya mencoba menganalisa. Teman saya setuju dan menambahkan bahwa dari biografi yang dia baca ternyata begitu banyak pergumulan yang beliau hadapi ketika memutuskan apakah menjadi biarawati adalah panggilan Tuhan untuknya. Tetapi di kemudian hari terbukti bahwa apa yang beliau lakukan mempengaruhi begitu banyak manusia di dunia, menyebarkan kasih melalui tindakan nyata dan menginspirasi orang lain untuk melakukan apa yang beliau lakukan. Teman saya menutup pembicaraan dengan memberikan kalimat yang menggelitik dan membuat saya termangu, “Jadi orang yang menginspirasi yuk!”
Menginspirasi, jelas berbeda dengan memotivasi. Menginspirasi tidak perlu tokoh yang pandai bicara, trainer yang berapi-api membakar semangat. Inspirasi bisa dilakukan oleh semua orang. Tetapi justru itulah yang membuat saya sedikit tertusuk, karena saya merasa belum bisa menjadi orang yang menginspirasi. Jangankan memberikan dampak ke orang lain, sepanjang hidup yang saya lakukan, hampir semua berfokus pada apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan daging saya. Belum lagi dengan sifat saya yang terkadang egois, mau menang sendiri, tidak mau mengalah, mudah tersinggung, bagaimana bisa mengisnpirasi dengan cara seperti itu? Mengalahkan diri sendiri saja masih susah, apalagi memberikan sesuatu yang berarti buat orang lain. Ketika saya mulai berpikir seperti itu, bagian diri saya lainnya mencoba menyeimbangkan dengan membisikkan bahwa saya pun suka menolong, perhatian, dan selalu mengajar dengan sepenuh hati, memberikan yang terbaik untuk orang lain. Bukankah itu hal-hal baik yang bisa dibanggakan? Saya masih belum puas dengan pertentangan hati saya dan mencoba menelusuri lebih lanjut. Ah, semua trainer juga akan mengajar dengan sepenuh hati, ingin membuat peserta training menjadi lebih paham dengan materi yang diberikan. Semua trainer pasti akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum mengajar, karena mereka tidak ingin peserta training yang sudah menyediakan waktunya untuk duduk dan mendengar akan pulang dengan tangan hampa.
 Ingatan saya meloncat ke pelatihan 2 minggu lalu yang saya lakukan untuk para sales supervisor mengenai coaching dan counseling. Persiapan yang saya lakukan cukup matang, mereview ulang materi dengan penambahan dari beberapa sumber, mengolah kasus bersama rekan sales manager sebagai bahan diskusi, mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan belajar banyak dari buku-buku yang relevan. Tujuan saya hanya satu, para peserta pulang ke cabang masing-masing dengan membawa sedikit ilmu yang bisa diterapkan. Saya ingin mereka paham dan tidak sia-sia datang ke pelatihan. Kepuasan saya adalah ketika mereka merasa pelatihan ini bermanfaat. Dan ketika saya melihat wajah-wajah gembira mereka setelah mengikuti semua sesi, saya begitu bahagia. Ketika beberapa peserta dengan antusias menyatakan bahwa apa yang mereka terima sangat bagus, bahkan bisa diterapkan untuk diri mereka sendiri, bagi saya itulah makna dari apa yang saya lakukan. Mengajar dengan sepenuh hati, ingin memberikan yang terbaik bagi peserta dengan seluruh kemampuan yang saya miliki, meskipun sangat terbatas. Kebahagiaan saya adalah ketika peserta puas dan senang dengan pelatihan yang mereka ikuti serta mendapat manfaat dari sana. Bagi saya, itu menghapus seluruh rasa capek yang saya rasakan ketika harus berdiri berjam-jam selama beberapa hari, berpikir,dan berbicara. Saya begitu terharu ketika acara selesai dan mereka bertepuk tangan tak henti sebagai rasa terima kasih. Saya sungguh bersyukur, bahwa apa yang saya lakukan memberi dampak bagi orang lain. Saya belajar satu hal, apapun yang kita lakukan dengan sepenuh hati, meskipun kecil, ternyata akan menyentuh hati orang lain.
In this life we cannot do GREAT things. We can only do small thing with GREAT love. Saya merenungi kalimat itu sekali lagi. Baiklah, kalau dalam hal training saya bisa menerapkannya, tetapi hal lain?  Waduh...masih jauh. Sekali lagi hidup saya banyak terpusat pada diri sendiri. Bagaimana saya bisa memberi dampak bagi orang lain kalau saya disibukkan dengan banyak hal pribadi yang tidak membuat saya menjadi dewasa dan bertumbuh? Bagaimana saya bisa berarti bagi sesama kalau saya justru sibuk dengan urusan pribadi dan cenderung mengasihani diri sendiri? Karena begitu saya fokus ke diri sendiri, maka saya tidak akan pernah tergerak untuk menyentuh sesama, hidup di dunia saya sendiri tanpa menyadari bahwa saya hidup untuk orang lain juga. Saya teringat pada acara Kick Andy yang pernah saya tonton mengenai anak-anak muda Indonesia yang memiliki hati untuk berbakti dan tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar, sebuah gerakan yang mengajak anak muda untuk terjun ke tempat-tempat terpencil di Indonesia dan mengajar anak-anak yang sulit terjangkau pendidikan. Beberapa dari mereka bahkan rela meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan dengan gaji bagus, dan memberikan waktunya selama 1 tahun untuk ikut dalam gerakan ini. Hebatnya lagi, peminat untuk menjadi pengajar di gerakan ini begitu banyak sampai harus diseleksi. Wow..ternyata banyak anak-anak muda yang memiliki panggilan untuk memberikan sesuatu bagi orang lain.
Tidak perlu memberi yang besar-besar, teman saya menasihati ketika saya sharing mengenai hal ini. Sederhana saja, sesuatu yang mungkin tidak kamu sadari. Memberi telinga untuk mendengar itu juga bagian dari memberi. Jangan berpikir yang besar, mulailah dari yang kecil, tetapi ketika itu terus menerus kamu lakukan dengan sepenuh hati, maka itu akan sangat berarti. Semua hanya dimulai dari niat dan keinginan. Saya merefleksikan pelajaran coaching yang saya berikan kepada para supervisor. Coaching is caring. Coaching adalah tentang perhatian. Perhatian kepada orang-orang di sekitar ketika mereka melakukan sesuatu yang baik, dan kita tidak segan-segan memujinya. Tetapi ketika ada kesalahan yang dibuat, kita akan menegurnya secara pribadi dengan lemah lembut dan positif. Hal-hal kecil yang mungkin bagi kita tidak penting, bisa jadi sangat berarti bagi orang lain.
Saya menelusuri internet untuk menggali lebih dalam mengenai Bunda Teresa, dan saya mendapatkan sebuah cerita yang sangat berkesan sewaktu empat belas profesor dari beberapa universitas di Amerika Serikat berkunjung ke home for the dying, rumah bagi orang-orang sekarat di Calcutta yang dikelola Bunda Teresa. Para cerdik pandai tersebut kagum dengan pengabdian beliau dan berkata, “Bunda, berikanlah sesuatu yang bisa selalu kami ingat dalam hidup” jawab Bunda Teresa, “Tersenyumlah selalu pada sesama.”
In this life we cannot do GREAT things. We can only do small thing with GREAT love. Terkadang saya putus asa karena tidak bisa melakukan hal-hal besar dalam hidup saya, tetapi kalimat di atas sungguh menyejukkan hati. Tidak perlu hal-hal besar, tetapi hal-hal kecil yang kita lakukan dengan sepenuh hati, akan memberikan dampak yang besar. Bible mengajarkan, apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Melakukan untuk Tuhan berarti melakukan dengan segenap hati dan kemampuan kita. Tidak mudah memang, tetapi bukan berarti tidak bisa. Pertanyaannya, maukah kita?


No comments:

Post a Comment