Tuesday, July 3, 2012

(Personal) Branding


“Wah, Jokowi!” Teriak seorang teman kantor ketika saya mengenakan baju kotak-kotak di hari Jumat. Saat berjalan ke divisi lain pun, komentar “Jokowi” tidak pernah lepas dari telinga saya, yang membuat saya tersenyum lebar dan menjawab sekenanya “Pastinya…” Itu yang kasat mata. Di dunia maya pun saya mengalami hal yang sama. Ketika merubah propic BB dengan foto diri berbaju kotak-kotak, kontan beberapa teman bbm dan mengatakan “Jokowi…” . Hmmm…branding yang luar biasa, pikir saya.  Baju kotak-kotak mestinya sudah sangat lazim bahkan sejak puluhan tahun yang lalu. Setidaknya motif ini merupakan favorit saya ketika di bangku SMU sampai kuliah. Tidak ada yang istimewa. Tapi sekarang orang mengidentikkan motif tersebut dengan pasangan Jokowi-Ahok. Kenapa? Jawabnya adalah branding yang hebat sehingga masuk ke alam bawah sadar. Buktinya ketika ada yang memakai baju kotak-kotak, spontan orang berucap  “Jokowi…”.  Ada juga pasangan cagub lain yang menggunakan batik sebagai branding dengan mengatakan “coblos batiknya”, tetapi saya yakin pengaruhnya jauh di bawah branding “kotak-kotak-nya”  Jokowi-Ahok. Branding yang kuat akan menancap di benak orang dan susah dihapuskan. Mirip Jogja dengan Malioboro-nya, Bali dengan pantai kuta-nya, atau Belitung dengan laskar pelangi-nya.

Branding terbentuk dari paparan yang terus menerus, pesan yang mudah dibaca, dan differensiasi dengan pesaing. Contoh mudahnya Pilkada Jakarta.  Calon pejabat, apalagi di kota dengan penduduk asli  Betawi, identik dengan baju koko, sarung, peci, atau baju resmi lainnya. Tetapi Jokowi - Ahok mendobrak dengan motif kotak-kotak yang casual, trendy, dan terkesan modern. Brandingnya menjadi begitu kuat karena berbeda dari pola pikir calon yang lain, setidaknya untuk urusan baju. Saya merenung, kalau baju saja bisa menjadi branding yang kuat, apalagi  karakter manusia yang muncul dari dalam ke luar, pasti semakin dahsyat. Saya mereka-reka, seperti apakah branding diri saya, atau “personal branding” yang dilihat orang lain dan membuat mereka menyimpan saya di alam bawah sadarnya.  Kesempatan itu akhirnya tiba ketika saya berbincang dengan rekan sekerja yang memiliki banyak intensitas pertemuan dengan saya di kantor. Apa branding saya di otaknya?  Saya orang yang bersemangat, detail, tegas, drive for result-nya tinggi, suka bersaing dalam artian tidak mau kalah dengan orang lain dalam hal prestasi. Saya tertawa mendengarnya.  Apakah cukup itu? Oh, ternyata tidak. Teman saya menambahkan beberapa kata lagi yang bernuansa positif. Hmmm…good, tetapi  itu hanyalah yang tampak di muka….
Ketika bicara tentang personal branding, kita berharap orang mengenal yang baik dari kita. Tetapi apakah kita sebaik “branding” yang kita ciptakan? Belum tentu, kalau ternyata ada hal-hal di dalam diri kita yang disembunyikan karena kita malu ketahuan orang, atau bersifat negatif. Proses mengenal diri sendiri dan membuka cakrawala terhadap orang lain dapat dipelajari melalui alat yang disebut Johari Window (Jendela Johari), diciptakan oleh Joseph Luft dan Hary Ingham tahun 1955. Johari Window membagi menjadi 4 kuadran, Open, Blind, Hidden, dan Unknown. Open, merujuk pada perilaku diri yang kita tahu dan orang lain tahu. Blind merujuk pada perilaku diri yang kita tidak tahu, orang lain tahu. Hidden merujuk pada perilaku diri yang kita tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Unknown merujuk pada perilaku diri yang kita dan orang lain tidak tahu. Kalau bicara branding, tentu kita akan bicara pada kuadran Open dan Blind, yang terlihat oleh orang lain. Hidden, yang biasanya berupa perilaku yang negatif atau memalukan akan kita sembunyikan, karena bisa mengganggu “branding’ yang sedang diciptakan. Sedangkan unknown biasanya tersimpan rapat di alam bawah sadar dan kita tidak mengetahuinya.

Bicara mengenai branding yang saya miliki, saya sadar betul bahwa itu adalah area “open” yang dilihat banyak orang. Mereka tentu tidak bisa menilik sampai ke area hidden yang saya tutup rapat, karena akan menghancurkan image atau branding yang saya bangun selama ini. Padahal area hidden saya menyimpan begitu banyak hal yang hanya diketahui sangat sedikit orang. Pernahkah membayangkan bahwa saya orang yang tidak sabaran dan kalau sangat kecewa atau marah besar  cenderung merusak barang?  Saya ingat betul bahwa saya pernah begitu marah dan bingung sampai membanting jam tangan yang akhirnya pecah dan rusak. Atau juga handphone yang pernah saya lempar ke tembok, tetapi syukurlah masih bisa bertahan hidup.  Pernah juga saking marahnya saya hampir merobek uang yang untungnya segera diselamatkan oleh teman saya.  Begitu buruknya.. Saya menyadari itu, tetapi dorongan amarah yang terkadang muncul sering membuat saya ingin melampiaskannya.  Saya sangat ingin merubah sifat yang tidak baik itu meskipun bukan hal yang menyenangkan. Sebagai manusia saya ingin yang mudah dan instan, tidak perlu susah payah. Tetapi mana ada, hidup harus diperjuangkan! Saya sadar sepenuhnya tidak mungkin saya mampu menjiwai hidup dengan baik dan tulus kalau saya masih berperilaku seperti itu. Saya memaksa diri untuk mengendalikannya dan syukurlah dorongan untuk merusak barang berhasil saya tepis dengan susah payah. Saya berpikir, sayang duitnya kalau harus beli barang lagi. Kok tidak ada rasa bersyukur, teganya menghancurkan apa yang dimiliki. Mudah-mudahan saya bisa konsisten menjaga pikiran saya. Hal lain yang mendorong adalah saya ingin dikenal dengan branding yang tulus dan apa adanya. Saya harus banyak berbenah dan jujur terhadap diri sendiri.  Bukan hal yang mudah, tetapi di akhir cerita nanti, saya pasti memetik buahnya bahkan membagikan buah itu ke orang lain yang membutuhkan.  Semoga…. Selamat menciptakan personal branding Anda juga, have a blessing life…!

1 comment: